Hanya mau membagikan tiga hal berharga yang kudapatkan dari
kegiatanku menonton televisi di hari minggu kemarin. Semoga saja apa yang kudapatkan kemarin bisa berguna. And check it out!
1. Choose what-you-need, and not choose what-you-want
Kemarin pagi,
aku baru saja menonton Crayon Shinchan dan ada satu cerita yang menarik
perhatianku. Nah ceritanya itu menceritakan Shinchan bersama tantenya, Musae berusaha
agar bisa menang undian yang berhadiah sekarung beras. Mereka bertekad seperti
itu, karena mamanya Shinchan, Misae mendadak minta dibelikan beras. Namun
apesnya, uang yang diberikan untuk suatu hal oleh mamanya Shinchan itu habis.
Habis karena dibelikan es krim. Padahal kalau nggak dibelikan es krim, uangnya
masih cukup untuk membeli beras.
Karena itulah, mereka
berdua ketakutan membayangkan kemarahannya Misae, hingga akhirnya memutuskan
ikut undian, yang kebetulan salah satu hadiahnya itu sekarung beras. Awalnya mereka gagal, karena Shinchan hanya mendapatkan bola
putih. Untuk mendapatkan beras, bola yang harus keluar adalah bola merah. Namun
di kesempatan kedua, Shinchan gagal lagi mendapatkan bola putih. Ia malah
berhasil mendapatkan bola kuning yang hadiahnya itu liburan ke Hawaii. Tantenya
adi kegirangan dan lupa akan niat awalnya, yaitu harus memenangi beras itu. Tapi akhirnya peluang ke Hawaii itu
kemudian ditukarkan oleh Shinchan dengan hadiah beras sekarung yang dimenangkan
oleh kakak-kakak cantik sebelumnya. Shinchan dengan polosnya berkata: “Kan aku
menang liburan ke Hawaii-nya karena undian yang kakak kasih, jadi lebih baik
kalau ini buat kakak saja. Apalagi sebetulnya aku juga lebih membutuhkan beras
itu.” (*Yah kurang lebih seperti itulah
kata-katanya Shinchan itu)
Nah di situ aku salut sama Shinchan dan sekaligus
tersadar. Sadar jika seharusnya kita
bisa memilih apa yang kita butuhkan, dan bukannya memilih apa yang kita inginkan.
Namun kenyataannya, kita lebih suka memilih apa yang kita mau. Bahkan saking
ngebetnya, kita jadi melupakan sesuatu yang genting sekali kita butuhkan dan
malah menimbulkan masalah baru. Sama seperti yang dialami Shinchan itu
tadi. Kebayang kalau seandainya Shinchan lebih memilih liburan ke Hawaii tersebut daripada sekarung beras. Bisa-bisa ketika
pulang, mereka malah nggak bisa makan malam dan juga harus kena omelan Misae, mamanya itu.
Hidup memang harus memilih. Tapi pilihlah yang terbaik, dan
yang terbaik itu bisa jadi apa yang kita butuhkan saat ini.
2. Minute Men, A Bullying Hero
Kemarin sekitar jam satu siang, RCTI menayangkan film keluaran Walt
Disney. Film itu menceritakan mengenai kemunculan tiga orang pahlawan Bullying
(Virgile, Charlie, Zeke) bernama Minute
Men yang beroperasinya itu dengan menggunakan pakaian salju. Mereka pergi
menjelajah waktu demi menyelamatkan teman-teman sekolahnya yang selalu
di-bully. Niatnya sih baik, tapi entah kenapa, orang yang biasanya di-bully
mendadak jadi pem-bully setelah mereka tolong. Masalah baru muncul dan tambah
kacaunya lagi, dimensi waktunya menjadi kacau karena ulah tiga orang Minute Men
tersebut. Timbul black hole yang bisa mengancam warga. Nah untuk menebus rasa
bersalahnya, mereka bertiga berkorban masuk ke dalam black hole itu dan kembali
ke masa lalu, tepatnya masa dimana Virgile dan Charlie sedang di-bully oleh
anak-anak eskul Rugby. Virgile ingin merubah hal tersebut, tapi dilarang oleh
Charlie. Charlie berpendapat bahwa karena peristiwa itulah mereka bisa berteman
akrab.
Nah film ini mengajarkan dua hal kepadaku:
Pertama, terkadang membiarkan seseorang
menyelesaikan masalahnya sendiri itu jauh lebih baik. Jauh lebih baik daripada
kita mencampurinya dengan dalih ingin menolongnya. Sama seperti Minute Men yang
menolong seorang remaja kulit hitam dari bullying yang dilakukan oleh
sekelompok anak nakal. Si Hitam itu malah jadi sengak setelah ditolong oleh
mereka bertiga.
Nilai kedua,
seburuk-buruknya masa lalu kita, itu akan jauh lebih baik kalau kita tak
berusaha mengubahnya. Yang berlalu biarlah berlalu. Biarlah yang buruk itu
tetap terkenang di memori kita sebagai suatu cerita yang bisa diceritakan ke
orang lain. Sama seperti Charlie yang melarang Virgile untuk menolong mereka
berdua di masa lalu, yang sedang di-bully.
3.Film Surat Kecil untuk Tuhan
Masih kemarin juga,
RCTI menayangkan sebuah film yang keren. Film yang diputar jam 19.30 itu
berjudul Surat Kecil untuk Tuhan dan menceritakan kisah hidup seorang penderita
kanker. Diceritakan di sana, Keke, seorang siswi yang cerdas dan juga supel
harus menerima kenyataan kalau ia mengidap suatu kanker yang cukup ganas.
Awalnya itu bermula waktu Keke mengeluh ke papanya soal matanya yang mendadak
sakit dan ternyata sakit di matanya itu berujung pada kanker. Sehingga mau tak
mau, Keke harus menjalani sejumlah terapi dan terus berdoa agar bisa sembuh. Ia
akhirnya sembuh, tapi di kemudian hari, kankernya kambuh lagi. Ia harus
kehilangan rambutnya karena kanker yang ia derita dan pada akhirnya, Keke mati
karena kanker tersebut.
Nah film tersebut sebetulnya tak memberikan suatu nilai yang
berharga juga untukku. Namun karena film ini, aku jadi teringat kejadian
beberapa tahun silam saat aku kehilangan temanku. Kejadiannya itu waktu aku
kelas 6 SD dan tepatnya lagi hari sabtu. Temanku yang bernama Mayang Larasati harus meninggal di usia yang
semuda itu karena leukimia. Kabarnya penyakit kanker darah putih yang diderita oleh Mayang itu
disebabkan karena mi instan yang biasa dikonsumsinya. Apalagi mi instan itu
disajikan dengan kuah rebusan mi-nya. Karena itulah, aku tahu dampak negatifnya
makan mi instan sebelum TV gencar memberitakannya.
Pada saat aku mendengar kabar meninggalnya Mayang itu, aku
dan teman-temanku sedang mengikuti upacara memperingati Hari Guru. Teman-teman
yang mendengarkan kabar itu langsung meraung-raung kencang. Kita semua spontan
menangis di depan umum. Gila yah? Lebih
gilanya lagi, air mataku sulit keluar waktu itu. Kayaknya hanya aku saja yang
nggak menangis. Nggak tahu kenapa aku sulit menangis. Oya, sebetulnya juga, ada
satu temanku yang ikutan tidak menangis juga. Wiko awalnya tak menangis dan
malah berucap: “Udahlah nggak usah nangis. Kita nangis kayak gini juga,
Mayang nggak bakalan kembali.” Serius, itu kata-katanya keren banget untuk seorang
anak kelas 6 SD. Tapi setelah Wiko bilang kayak gitu, dia malah ikut-ikutan
yang lainnya menangisi Mayang.
Aku nggak tahu kenapa waktu itu aku nggak bisa menangis. Yah
mungkin saja karena itu pengalaman dukaku. Itu pertama kalinya aku mengalami
kehilangan seorang teman karena kematian. Sebelumnya aku belum pernah mengalami
peristiwa seperti itu. Barulah setelah meninggalnya Mayang itu, aku berjumpa
dengan pengalaman-pengalaman maut itu. Berturut-turut aku melihat banyak
kerabatku yang sudah meninggal. Pendeta Yohanes, Christine Fransiska, Tulang
Tasman, hingga Opung yang meninggal Februari lalu. Dan dari ke semuanya itu,
nggak ada satupun yang bisa membuatku mengeluarkan air mata. Perasaan ingin
nangis sih ada, tapi entah kenapa air mataku nggak bisa keluar. Gara-gara itu,
aku sering mengira kalau aku memang ditakdirkan untuk menjadi seorang yang
tegar.
Oya, kembali ke soal Mayang tadi. Gara-gara nonton film itu,
aku jadi teringat Mayang lagi. Kalau dipikir-pikir, cukup tragis juga yah apa
yang dialami Mayang itu? Beberapa bulan sebelum pelaksanaan Ebtanas, Mayang
dipanggil Tuhan. Ia jadi tak bisa merasakan nikmatnya lulus SD. Kalau saja ia
masih hidup, mungkin ia sudah menjadi sarjana. Entahlah sarjana apa, soalnya
aku dulunya memang nggak begitu akrab sama Mayang tenang. Tapi kalau dia jadi
murid SMA, ia pasti masuk jurusan IPS.
Dulu, si Mayang memang nggak terlalu pintar. Ia jarang masuk sepuluh besar.
Walaupun begitu, Mayang tetap ceria.
Aku juga sempat memikirkan keluarganya Mayang. Kira-kira
kalau kedua orang tuanya nonton film itu, bagaimana yah reaksinya. Aku saja
terharu nontonnya. Karena film itu jugalah, aku jadi tahu bagaimana perasaannya
Mayang yang bergelut dengan leukimianya itu. Pasti rasanya itu hidup segan,
mati tak mau. Apalagi kalau ingat dia akan lulus SD di tahun berikutnya. So tragic!
Satu-dua bulan setelah Mayang meninggal, aku dan
teman-temanku masih belum bisa melupakannya. Bahkan sempat muncul guyonan nggak
lucu yang dimaksudkan untuk bahan menakut-nakuti. Bangku yang dulu diduduki
Mayang seolah dijauhi. Ada temanku yang berseloroh: “Eh itu kan pernah
didudukin Mayang. Ati-ati lho digentayangin.” Oke itu konyol sekali. Hehehe.
Tapi rasanya aneh yah kalau di caturwulan pertama, orangnya masih ada. Namun di
caturwulan berikutnya, orangnya sudah tiada. Rasanya ganjil banget. Apalagi
orangnya itu tiada karena kematian.
Ah sudahlah, setidaknya Mayang sudah tenang di alam sana.
Setidaknya juga Mayang nggak ngerasain hal-hal nggak ngenakin yang menimpa
negaranya ini. Setidaknya dia nggak perlu melihat peristiwa pemboman, Tsunami
Aceh, virus flu burung, ataupun wabah Tomcat. Meski dia nggak bisa merasakan
nikmatnya lulus SD, dia beruntung nggak harus melihat banyak peristiwa
menyakitkan yang menimpa negara Indonesia ini.
#MayangLarasatiInMemoriam
* Sumber gambar bisa dilihat dengan cara mengklik kanan gambarnya
Gua juga pernah kehilangan orang yg berharga buat gua gara2 kanker...
ReplyDeleteaku nonton juga tuh film surat kecil untuk Tuhan, kayanya film baru ya di bioskop belum ada 1 thn udah tayang di TV, lumayan jadi nonton gratis hehehe
ReplyDeleteSKUT udah tayang di TV ya ? waaah gue gak liat, dulu gue nonton SKUT di bioskop sama temen2 tp gak khusyuk, soalnya mereka pada konyol, sedih tapi gak bisa nangis kaya penonton lain --"
ReplyDeletepengen nonton lagiiiiii
wow... mengambil hikmah dari yang ditonton, keren mas nuel.
ReplyDelete^aku juga kehilangan teman pas sd :( kena penyakit semacam leukemia atau types kalau gak salah -__-" kasian anaknya kurus,kenangannya masih ada. tapi gak sampe dibuat nakut2in , :P haha...
Entah kenapa postingan lo kali ini inspiratif banget.. Mungkin pengaruh wisuda ye.. :)
ReplyDelete@ feby: hahaha.. sepertinya... :D
ReplyDelete@ arif: hahaha... kebetulan aja kok mas... ^^
@ aulia: Gue malah tau ada dilmnya waktu baca novelnya di gramed... hehehe
@ lidya: emang diputer kapan sih filmnya mbak? aku lupa. hehhehe
@ keven: yup... gue pernah baca kok ceritanya di blog lu.. :))
wah kemarin gw malah nonton Dragon Ball pas libur minggu :) soalnya lebih seru & kagak bosen
ReplyDeletegegara jd panitia pemilu.
ReplyDeletegak nonton apa2 kemaren..
*ngenes banget*
Ciyeeee inspiratif banget deh :))
ReplyDeleteaq suka yg tak perlu mengubah masa lalu apapun yg terjadi dan jangan sesali...
ReplyDelete:)
nice mas..
aq bisa move on...
makasih ya...
:P
like yang nomer 1.
ReplyDeletekalo yg ketiga aku cuma baca novelnya. blm nntn filmnya.
ReplyDeletesepertinya lebih greget kalo baca novel
Ternyataa... banyak hikmah juga ya dari nonton pilem :) sayang bangeett.. gue enggak punya tipi >.<
ReplyDeletesangat inspiratif..
ReplyDeletenice share :)
wah, ternyata si sinchan se inspratif itu ya... :D salut
ReplyDeletelo seharian cuma nonton tv ya... haha
ReplyDelete@ sukro: gak juga... :P
ReplyDelete@ yus + herbal + kevin + faizal: :D
@ naya: Hah? masak sih?
@ pandu: aku malah belon baca novelnya....
@ athifah: setujuuuuu
@ dihas: sama-sama.. ^^
@ aul: #pukpuk
@ andy: sayang jamnya pas gue mau ke gereja... :(
nah, kan. ilmu juga bisa didapet lewat nonton TV :p
ReplyDeletenah, kan. ilmu juga bisa didapet lewat nonton TV :p
ReplyDelete