Kalau kalian pengikut sejati Immanuel's Notes, pasti tahu banget satu fakta: blog ini cukup jarang mengupas soal asmara. Berbeda banget sama blog-blog tetangga.
Yah habis mau gimana lagi, kisah cinta aku itu nelangsa banget. Sampai sekarang, aku pengin juga bisa merasakan saat-saat bisa chat sama cewek. Pengin tiap malam, bisa say, "Nite, babe!" Pengin juga tiap ke bioskop, ada yang menemani. Pas makan di rumah makan, ada yang menyuapi atau bilang, "Eh Sayang, pipi kamu kotor tuh," #Tsah
Tapi ada beberapa alasan yang membuat gue jadi merasakan kisah cinta yang nelangsa ini. Bukan, ini gue nggak lagi making excuse. Terkadang ada beberapa hal yang tidal bisa kita lawan sama sekali, sekalipun sudah berusaha melawan hingga darah menetes di jidat.
Alasan pertama: aku ini pemalu. Dulu, pas masih SD, kepemaluan aku itu sungguh kronis sekali. Rela menahan lapar gara-gara cuma mau makan di rumah sendiri--bareng keluarga tercinta. Sekarang sih, masih. Cuma kayaknya mulai agak jadi malu-maluin. Lol.
Alasan kedua: orang tua. Sedari kecil, entah Papi atau Mami, selalu mewanti-wanti untuk tak berpacaran dulu selama masih sekolah atau kuliah. Mereka pikir, pacaran itu bisa mengganggu aktivitas belajar. Daaaan... aku sih setuju-setuju saja. Plus, aku juga belum menemukan alasan kuat buat kita harus berpacaran di masa-masa sekolah. Lagian jaman aku kecil atau masih berseragam, nggak pada heboh ngeledekin mereka yang jomblo. Justru kebalikannya. Yang taken itulah yang sering diceng-cengin. Seriusan.
Alasan ketiga...
Alasan ketiga...
Alasan ketiga...
Errr...
Yah sebetulnya cuma dua alasan itu sih yang mendasari kenapa aku masih setia melajang. Terutama yang pertama. Itu yang paling utama dah. Problem paling keladinya itu... yah di diri sendiri. Terlalu pemalu, terlalu mikir, terlalu banyak pertimbangan. Untuk soal cinta, khusus soal ini, aku memang selalu berpikiran visioner banget. Hati-hati banget, nggak mau gegabah dan akhirnya jadi bubur.
Namun, jangan remehi aku. Walau terlihat amatiran soal asmara, pengalaman dan pemikiranku bisa dibilang menyamai mereka yang sudah beribu kali menjalin hubungan. Itu ada alasannya.
Alasannya itu... cukup seringnya aku patah hati. Yup, patah hati.
Baru-baru ini aku habis beli buku penulis yang sepertinya membanggakan kebegoannya yang sudah dalam tahap kritis. Agak tersentuh sih. Lumayan setuju sama kata-kata si penulis dodol tersebut. Patah hati itu memang bisa dibilang identik dengan kedewasaan. Dari patah hati itulah, aku belajar banyak soal cinta. Selain tentu saja dari pengalaman-pengalaman orang lain (Anyway, anak rumahan bukan berarti juga miskin pengalaman kali ah).
Pengalaman patah hati pertama itu pas SMP. Waktu itu aku masih terbayang-bayang si Eci, gadis berkacamata, si cinta pertama aku. Namun, gilanya, mungkin bakat cassanova ada di dalam diri, aku bisa jatuh cinta untuk kali kedua sama cewek lain. Kita sebut saja Tami. Dia teman sekelas. Orangnya agak mirip sama Eci. Putih, berkacamata, berambut panjang. Mungkin karena itulah, aku bisa jatuh cinta sama dia.
Gara-gara ingat petuah orang tua, aku hanya bisa jadi secret admirer dari si Tami. Meminjam istilah Bang Radith, aku hanya bisa jatuh cinta diam-diam. Apalagi kayaknya Tami juga nggak bakal mau, walau aku termasuk siswa cukup berprestasi (tapi nggak pernah juara kelas dan hanya sering jadi seorang murid yang sering dilihatin PR-nya). Tami, bukan gosip pula, naksir sama cowok di kelas sebelah, yang lebih tinggi, lebih pintar, lebih atletis, dan... pokoknya mirip Dekisugi gitu.
Namun itu belum membuat aku patah hati. Yang bikin patah hati itu karena pengakuan Tami sendiri yang nyablak gitu ngomongnya. Satu kalimat menderas dari bibir imutnya: "Gue tuh suka sama Nuel karena dia pinter doang kok."
Jleb!
Memang sakit sih. Tapi dari situ aku sadar. Ternyata berbeda antara suka dengan cinta. Memang benar, cinta itu nggak butuh alasan, All.
Patah hati kedua itu saat 2007. Itu selepas mengikuti bimbel (Bimbingan Belajar, red). Maksudnya setelah pengumuman SPMB, dan aku dan yang lainnya sudah mendapatkan tempat masing-masing.
Bagi pengikut setia, tahu dong aku juga pernah pedekatein cewek. Namanya Melia; dan masi bukan nama asli (Gila kali ah, sebut nama asli. Mau ditaruh mana muka ini. Haizt....). Nah aku suka Melia itu karena cewek ini unik. Berbeda dari kebanyakan cewek lainnya. Cewek ini cerdas dan punya sense of humor yang luar biasa. Supel pula. Fisik? Masih mirip sama Eci. Bedanya rambut Melia itu pendek sebahu dan ikal. Agak tinggi juga.
Saking naksirnya, betah stalking-in alamat Friendster-nya. Walau tahu yang bersangkutan sudah punya cowok, anehnya di tengah kondisi kepatah-hatian itu, aku kok masih tetap mikirin dia. Bahkan sampai nekat cari informasi dari teman sekolahnya yang kutemui di kampus. Nekat pula minta nomor teleponnya dari bimbel GO. Nekat juga hubungin dia, chat cukup lama, dan beranikan diri minta nomor handphone. Cinta ternyata sudah membutakan akal sehatku.
Aku baru patah hati banget saat terus stalking social media si Melia. Baru sadar, kayaknya aku harus lupain dia. Lagian aku ingat, di hati ini masih ada Eci. Kok bisa toh suka sama cewek lain waktu hati masih dikuasai sama satu orang? Macam kontrakan saja kubikin hati ini. Hadeuh.
Soal Eci, ini kisah cinta ajaib. Teraneh sepanjang masa dan belum pernah ada di sinetron manapun. Segala K-drama kalah deh. Soalnya, aku belum pernah menyatakan cinta ke dia langsung. Selama ini selalu setia jatuh cinta diam-diam. Namun anehnya aku selalu diberikan kesempatan untuk bertemu dia di saat yang nggak pernah aku duga sama sekali.
Pertama berjumpa saat sekolah minggu. Kami masih pelajar SD. Mungkin aku saja yang kelewat dewasa, sudah bisa naksir anak bau kencur orang lain. Ha-ha-ha. Lalu, karena suatu musabab, aku dan dia sudah nggak pernah ketemuan. Ketemu lagi pas SMA, di sebuah kegiatan gereja. Selepas kegiatan gereja selesai, mulai pisah. Berikutnya bertemu lagi, waktu tes masuk sebuah perguruan tinggi swasta. Amazingly, segala pertemuan itu terjadi tanpa perencanaan sama sekali. Sebabnya aku sama sekali tak tahu dimana dia tinggal, pun nggak satu sekolah. Waktu itu, aku juga belum aktif di social media. Bikin Friendster saja pas mau lulus SMA.
Mungkin takdir. Mungkin juga bukan. Meskipun masuk kampus di tahun yang sama, wisuda di tahun yang sama (Eci di fakultas Psikologi, aku anak Hukum), ada satu hal yang akhirnya bikin aku... totally given up. Aku memang belum menyerah waktu melihat kemesraan Eci sama cowok lain. Yang bikin aku menyerah waktu tahun baru 2013. Aku kirim ucapan selamat, namun tak kunjung dapat balasan. Apalagi, masih di tahun yang sama, dia juga tak membalas ucapan selamat ulang tahun dariku. Mungkin dia bukan jodoh. Mungkin dia nggak punya perasaan. Karena mungkin dia juga sudah baca salah satu tulisan di blog ini, dimana aku pernah mencurahkan soal perasaanku padanya. Karena itu, dia mungkin jadi agak dingin. Mungkin itu pertanda dari Tuhan untuk harus melepasnya.
Untuk kisah-kisah cinta yang lain, itu aku nggak patah hati sama sekali. Memang aku yang memilih untuk mundur secara teratur. Aku lebih memilih untuk memusatkan pikiran ke Eci sembari menunggu dapat kesempatan untuk menembaknya. Sayang itu tak kunjung datang.
Ada juga kondisi dimana aku memilih tak meneruskan perjalanan cinta karena masalah agama.
Inti dari tulisan ini bukan untuk curhat semata. Sekadar sharing. Sekadar memberitahukan bahwa persoalan cinta itu memang tak seperti ilmu pasti. Lebih njlimet dari teori Relativitas-nya Albert Einstein.
Cinta itu tak butuh alasan. Yang butuh alasan itu suka. Terkadang kita harus tahu diri jikalau kondisi tak memungkinkan. Tahu kapan harus berjuang, tahu pula kapan harus mundur. Bersiap patah hati apabila target lebih memilih penembak lain. Pun tak boleh tutup mata dengan masalah-masalah seperti agama, suku, atau kelas sosial. Dan...
...segala pengalaman cinta yang nelangsa ini sudah mendewasakan aku.
Cie cie
ReplyDeleteSaya doakan biar cepat jadian sama eci,,
Hadeuh.... Aku mau lupain dia, malah didoain biar jadian. >_<
Delete*pukpuk Nuel*
ReplyDeletesantai Nuel. kalo jodoh mah nggak ke mana. kalo nggak jodoh, ya kemana-mana :p
kata temenku, patah hati itu bikin kita belajar memahami perasaan orang lain. kalo patah hati karna di-PHP, kita bisa belajar untuk nggak nge-PHP-in orang. gituuu..
Hahaha... Setuju banget. Apalagi pas bagian kalau nggak jodoh, ya kemana-mana. Hahaha....
DeleteYup patah hati emang bikin kita makin paham perasaan orang lain.
Semangat sob.. !
ReplyDeleteEmang keliatan sih Nuelnya pemalu. \:D/
ReplyDelete*Banyakin pukpuk*
Hahaha.. Ya gitu deh. Nggak heran belum pernah kopdar, hahaha.... >_<
DeleteWell, kayaknya gue bukan pengikut setia atau pengikut sejati deh.
ReplyDeleteBelum baca satupun kisah cinta itu wkwkwk
:p
ya deh yang kaya pengalamannn
haha
P.S.
Bang nuel besok-besok kalo nge-post jangan pindah-pindah gitu dong. di awal aku. ditengah pake gue. di akhir aku lagi. agak gimanaaa gitu. jadi kurang menikmati baca nya. #SaranAjaSih
Hahahaa.... Nggak gitu juga kali ah. Hahaha. Mungkin lu baru ikutin blog gue setelah gue masih suka ngepos soal cinta-cintaan. Itu sekitar 2011 dah.
DeleteHahaha.... Oke, oke, sepertinya gue kebawa perasaan pas nulisnya. -_-
Jodoh pasti bertemu kak:))
ReplyDeleteGue udah tahu sih kalau Nuel suka ECHI, hahaha #peace
ReplyDeleteIni apaan sih? Tau banget soal gue, hahaha....
DeletePemalu mah kita sama dong, mas. haha :P.
ReplyDeletedi blog saya pun jarang atau bahkan hampa tanpa cinta2an, eaa. haha. rasanya kurang nyaman membahasnya di sana. tapi entah, kalau kapal mungkin ngoceh juga, hihi. cuma mengusahakan nahan diri :D. 2007 iya maih jayanya FS yah, hahahaha. ngirim testi, pakai gambar *.gif :D :D
Hahaha.... Akhirnya ketemu teman senasib seperjuangan. Hahaha.... Bener banget. Ini juga sebetulnya malesin banget nulisnya, tapi ada rikuesan sih. Hahaha....
Deletebingung nih kudu komen apa hahahahahha
ReplyDeleteinuel gakpapalah gak usah pakai pacaran
kalau udah siap langsung aja nikah...
Wah gimana ya. Ekstrim juga saran nya :D
DeletePukpuk Nuel.. :D
DeleteEntar jugak bakalan ketemu sama yang cocok, asal ngga malu ngajak kenalan en deketin duluan. Soalnya cewek jarang yg mau nunjukin ketertarikannya lebih dulu :P
Tulisan yang menarik, terima kasih telah berbagi. Persepsi orang memang berbeda-beda dalam membedah cinta dan kegalauan. Kebetulan tadi pagi saya baru menulis artikel serupa, kalau berminat silakan langsung baca di Kunci Jawaban Soal Cinta ya.. salam kenal. :)
ReplyDelete