Genre: Misteri
Dokumentasi pribadi. |
Baru saja aku mendaratkan bokong ini di atas sofa. Pembantuku, Ida datang beringsut. Ia mengangsurkan sebuah surat. Aku tangkap, lalu kubuka amplopnya. Keningku berkerut. Aku sama sekali tak tahu maksud dari si pengirim. Jujur, aku pun tak tahu apakah aku pernah bergabung di organisasi tersebut: Freerth. Nama yang aneh. Organisasi tentang apa pula itu?
Freerth mencantumkan kontak pribadi mereka rupanya. Untuk Freerth cabang Indonesia, aku bisa menghubungi mereka di (021) - 389567xxx. Masih dengan sisa kekuatan yang sudah hampir menipis, aku mencoba bangkit untuk menghampiri ponsel yang kuletakkan di atas bufet. Kutekan tombol demi tombol. Dering demi dering mengalun. Tersambung.
"Halo," Aku agak merinding. Di seberang sana, seorang lelaki bersuara berat mengikik sebelum akhirnya berujar, "Thank for contacting me, Ferdinand. Kami sangat berharap kamu mau bergabung. Kamu punya potensi, menurut kami. Pasti sangat berguna untuk organisasi."
Aku mengerutkan kening. "Maksudnya? Memangnya Freerth ini organisasi seperti apa? Aku tak merasa pernah bergabung ke dalamnya. Apa ada yang merekomendasikan aku?"
Tawa itu lagi. Masih bikin merinding, tapi mulai menyebalkan. Sungguh sopan. Terutama nada bicaranya. "Kalau mau tahu, datang saja ke basement gedung Kencana Buana di daerah Kuningan. Kehadiranmu sudah sangat kami tunggu."
Dia tak memberikanku kesempatan untuk merespon. Sekian hubungan komunikasiku dengan perwakilan dari Freerth. Aku lupakan letihku. Bergegas menuju depan komputer. Aku berusaha untuk mencari-cari, namun tak menemukan apa itu Freerth. Tak ada petunjuk sama sekali. Lantas, Freerth ini organisasi seperti apa? Bagaimana cara mereka menjaring anggota? Bagaimana pula cara mereka mendapatkan informasi soal diriku?
Awalnya aku tak ingin menganggap serius. Bisa jadi ini hanya sebuah perusahaan MLM. Tapi segala isi surat itu tak tampak seperti seperti sebuah kelakar. Sepertinya Freerth ini organisasi yang serius sekali. Isi amplop itu saja terdiri dari sepuluh halaman Freerth. Agak mirip seperti sebuah surat berantai yang iseng belaka. Namun ini tidak. Mereka begitu serius sekali--sangat serius--menceritakan perihal Freerth. Mulai dari siapa pendiri, tujuan didirikan, lini masa pendirian, hingga siapa saja anggotanya. Aku cukup tercengang saat mendapati delapan dari sepuluh pemimpin negara merupakan anggota Freerth. Wow, ini organisasi yang sangat luar biasa! Aku mulai tertarik untuk bergabung. Oke, besok aku akan ke Kencana Buana. Gedungnya dekat dengan kantorku.
*****
Di tengah jam istirahat, aku menyempatkan diri ke Kencana Buana. Gedungnya lebih rendah dari gedung kantorku. Namun Kencana Buana jauh lebih sedap. Artistik dari segala sisi. Ditambah lagi, gedung ini sangat futuristik pula. Tiap masuk ke sini, aku tak seperti berada di Jakarta. Aku seperti berada di New York atau Tokyo. Yah, aku beberapa kali berkunjung ke dalamnya. Konon di lantai duanya ada sebuah restoran yang menjual masakan Italia dengan cita rasa sekelas koki kelas internasional. Spaghetti-nya luar biasa.
Deg! Perasaan mulai tak enak. Sorot kedua petugas keamanan ini sangat aneh. Bikin bergidik saja. Senyuman itu sangat ramah, pun sangat tak biasa. Di luar dari yang sudah-sudah. Biasanya tak begini. Selama ini masuk, aku hanya disensor seperti kebiasaan di kebanyakan gedung. Kali ini aku malah disambut seolah tamu penting saja. Mereka pun berkata, "Anda sudah ditunggu,"
Mereka lalu membawaku masuk ke dalam lift. Semakin aneh saja. Sebab lantai yang mereka bawa diriku ini sungguh tak lazim. Lantai -66. Hah? Setahuku, belum ada lantai tersebut. Tombolnya baru muncul setelah salah satu petugas memainkan tombol demi tombol. Aku tak begitu tahu. Jemarinya sangat gesit bak sudah terlatih saja.
Ting! Aku dan dua petugas keamanan tiba di lantai yang dituju. Hawa yang dikeluarkan dari mesin pendingin ini sangat dingin--aku akui itu. Tapi tidak dengan auranya. Aku semakin bergidik. Di depan lift, di hadapan pandangan mata, terlihat sebuah ruangan dengan sebuah pintu kaca. Hanya ruangan itu. Salah satu membukakannya untukku. Lalu aku dibawa menyusuri lorong demi lorong sampai di sebuah ruangan yang kurasa berada di ujung. Paling ujung mungkin.
Pintu dibukakan. Ruangan yang cukup luas. Ada sebuah meja bundar super raksasa. Sungguh klasik. Lucu juga. Atasnya sangat futuristik. Bawahnya terlihat seperti sebuah benteng di abad pertengahan. Temboknya dibangun dengan menggunakan bahan yang sama untuk membangun sebuah kastil. Baunya pun mirip. Malah ada satu-dua jubah besi yang terpajang di pintu masuknya. Ada karpet merah yang menjulur menuju meja bundar itu. Dan semua yang hadir mengenakan jubah dengan penutup kepala ala seorang rahib. Salah satunya, mungkin pemimpinnya--sebab datang dari ujung meja, mendatangiku.
Oh satu lagi, jauh di sana, di dekat tempat duduk yang kuduga pemimpinnya, ada sebuah layar monitor yang sangat raksasa. Di dekatnya ada semacam CPU-nya. Aku tergelak bercampur bergidik. Ruangan apa ini? Dan apa pula Freerth itu? Di saat kebingungan itu, si terduga pemimpin tergelak ringan. Aku tak bisa melihat wajahnya. Suaranya terdengar samar-samar. Walau tak bisa jelas memandanginya, aku tahu dia sedang tersenyum--atau malah nyengir. Intuisi saja. Suaranya dengan bangga berkata, "Selamat datang, Ferdinand Vijaj Kesuma. Kami sudah lama menantikan kehadiran anda. Anda sangat luar biasa. Dan Freerth ingin anda bergabung. Tapi sebelumnya silakan pakai jubah jika anda merasa identitas itu bagaikan sebuah harta karun yang harus dilindungi."
Tergerak langkah kakiku untuk beringsut arah yang ditunjuknya, sebuah gantungan baju. Organisasi ini sangat luar biasa. Jubah ini luar biasa pas untukku. Aku tak merasa kedodoran atau kesempitan. Hoodie-nya sangat berguna untuk menutupi paras. Tapi tunggu, buat apa harus menutupi wajah? Mereka semua sudah tahu identitasku. Organisasi yang luar biasa aneh, tapi menakjubkan.
Si terduga pemimpin mulai berceramah sembari kembali duduk dan dirinya mengantarkanku duduk di sebelahnya.
"Sedikit penjelasan untukmu, Kawan. Freerth ini organisasi yang sudah berdiri sejak perang salib. Untuk cabang di Indonesia saja, Freerth dibawa oleh VOC. Di dalamnya sebetulnya banyak agen kami. Dan anda seharusnya bangga bisa bergabung ke dalamnya. Sebab seleksi Freerth sangat ketat sekali, melebihi ketatnya tes pegawai negeri sipil. Kami benar-benar mempelajari betul-betul latar belakang calon anggota."
Ia tersenyum. Aku balas tersenyum, namun agak merinding. Sesuatu dari dalam mengatakan bahwa aku harus segera pergi dan menolak ajakan untuk bergabung. Namun sukar. Begitu dia lanjut bertutur, aku seolah terhipnotis, hanya bisa berjengit.
"Anda itu sangat luar biasa, Ferdinand. Anda menguasai tujuh bahasa, pengamatan yang sangat jeli, pemikiran yang sangat brilian, dan kemampuan anda mempengaruhi orang lewat tulisan-tulisan anda. Freerth sangat membutuhkan orang-orang seperti anda. Saya mohon, bergabunglah. Anda tidak akan menyesal. Segala apa yang anda butuhkan dan maui, akan Freerth penuhi."
"Freerth ini organisasi yang bergerak di bidang apa, kalau boleh tahu?"
Jawabnya sambil terkekeh, "Apa saja. Terserah anda mau bergerak di bidang apa."
"Tapi aku hanya pegawai kantor biasa. Kalau ada biaya masuknya, maaf-maaf saja."
Ia tergelak. Seluruh yang hadir pun sama. "Anda sangat polos, namun berbakat sekali. Tidak, tidak ada biaya masuk. Justru anda yang difasilitasi sepenuhnya. Lewat Freerth, anda bisa mengendalikan dunia. Anda bisa menjadi seperti kami, jadi raja-raja kecil yang menguasai dunia."
DRIIIIN!!! DRIIIIN!!! DRIIIIN!!!
Bunyi apa itu? Seperti suara alarm di ponselku. Tapi tunggu, ini sudah jam satu siang. Aku tak pernah memasang alarm di jam satu siang. Semakin aneh saja kejadian yang kualami hingga terik sudah menjelang. Di tengah pembicaraan, aku minta ijin untuk mengintip layar ponsel. Seketika itu juga pemandangan langsung berganti. Berganti menjadi kamarku. Hilang segala orang-orang berjubah. Namun kengeriannya masih terjaga. Kedua kepalan tanganku masih basah. Napas masih terengah-engah.
Yang tadi itu hanya mimpi? Mengapa semua terasa nyata sekali? Aku merasa Freerth itu seperti sebuah organisasi yang nyata keberadaannya. Segalanya terasa nyata. Surat itu, gedung itu, ruang bawah tanah itu, hall itu, hingga sekumpulan orang yang mengenakan jubah ala seorang rahib. Kalian tahu, ini sebuah mimpi yang menyenangkan, sekaligus mimpi buruk. Segalanya masih terngiang jelas di pikiran. Aku masih ingat kronologis demi kronologisnya.
Freerth sebuah organisasi rahasia yang tak banyak orang tahu dan bisa masuki. Freerth yang bergerak di segala bidang. Freerth yang bisa membuat kita seorang raja kecil dunia. Freerth yang lokasi pertemuannya tersembunyi. Freerth yang menyenangkan, sekaligus bikin bulu roma berdiri. Freerth.
Freerth.
Freerth.
Freerth.
Freerth.
Freerth.
Mendadak di pikiran muncul satu ide. Freerth itu mungkin kependekan dari free the earth. Tapi bebaskan dari apa? Dari mana pula muncul pemikiran itu? Apa pemicunya? Aku bahkan seperti mengidap amnesia. Kupegang erat jidat ini. Ah, brengsek! Aku benar-benar lupa soal apa saja yang sudah kualami sebelum mendapatkan mimpi aneh tersebut? Makin anehnya lagi, di dekat bantal kepala, ada sebuah surat. Sama persis dengan surat yang kuterima di mimpi itu. Di amplop tertulis logo Freerth, ada kepanjangannya pula. Begitu membacanya, aku semakin bergidik. Sebab sama persis dengan dugaan awal. Yaitu...
...free the earth.
Bangsat! Apa pula Freerth itu? Dari siapa dan dari mana aku mengenal organisasi yang luar biasa aneh nan menyeramkan itu? Sekeras apa aku mengingat, asu, aku tak bisa mengingat. Sungguh tak ada petunjuk. Aku bahkan lupa kejadian apa saja yang sudah kualami sebelum mimpi itu.
Aku coba menegakkan tubuh. Tarik-embus-tarik-embus. Relaksasikan pikiran. Coba menengadah ke langit-langit. Coba memejamkan selama sekian menit. Semuanya hanya untuk mengingat-ngingat. Siapa tahu saja ada petunjuk. Namun... sekeras apa pun mencoba, hasilnya nihil. Sungguh nihil. Sebetulnya apa Freerth itu? Mengapa aku jadi seperti orang linglung macam ini? Aku laksana orang yang tengah dicuci otaknya.
Segera aku bangkit, berjalan cepat menuju komputer yang ada di ruang tengah, menyalakan komputer, dan sampai di bagian akan berselancar,... preeeet!!! Kenapa pula harus mati listrik? Aku benar-benar ingin tahu apa itu Freerth? Bisa gila aku!
Freerth.
Freerth.
Freerth.
Freerth.
Freerth.
Katanya, aku sudah menjadi bagian dari Freerth. Katanya, aku bisa menjadi raja kecil dunia. Katanya, aku bisa mengendalikan dunia seenak udel.
Ha-ha-ha. Aku tergelak keras, tak peduli ada yang memperhatikan. Sepertinya aku mulai beranjak jadi sinting.
aku penasaran loh sama nama gedungnya sampai aku googling nemunya gedung Buana Jaya Kencana :) kalau Freerth gak nemu
ReplyDeleteHaha, cuma fiksi kok bu. Ga beneran ada semua yang ada di cerita.
DeleteJadi Freerth itu usahanya Palu Gada ya? apa lu mau gw ada hahahahaaa
ReplyDeleteHahaha....
DeleteWalau sebetulnya nggak paham juga, hahaha. xD
Errrr...
ReplyDeleteKalo serius di sini jangan-jangan suatu hari tulisan lo bisa setajem THE DAVINCI CODE -______-
#KalahDehGue
Btw nice story bang!
Hahaha.... Berlebihan ah. Ilmu gue belum setinggi Dan Brown juga, hahaha
DeleteFreemason itu...
ReplyDeleteYa, Bro, emang itu mereka yang gue maksudkan. :)
Delete