(Searah jarum jam, dari kiri atas) Bareng Adam, Carlos, Kezia, Bu Iin, tetangga (yang lupa namanya), dan Om De. |
"Hmm, selain foto saya, benda mati kayak langit, pemandangan, gitu-gitu."
"99.99% makhluk hidup, ahahhaha. Buat foto sama video anak-anak buluku tujuh ekor."
"Buat foto slide presentasi, xD."
"Banyakan orang numpang foto, coz gue nggak suka foto :( .
"Kalo gue buat jepret pemandangan, kalo gue lagi travelling."
"Lumayan banyak manusia."
"Makhluk hidup, wkwkw. Buat tes kameranya."
"Itu semua benda mati. Aplikasi itu buat mempermudah manusia mendapatkan sesuatu yang diinginkan."
"Galeri gua nggak menarik, isinya cuma foto data-data semua, ampe pusing sendiri gua."
"Buat foto langit."(Komentar-komentarnya aku edit untuk mempermudah membacanya)
(Searah jarum jam, dari kiri bawah) Bareng Mas Tony, Ramot, Leo, Denny, David, dan Wiko. |
Baca jawaban dari beberapa orang yang kutanyai, lalu saat ingat foto-foto yang ada di tiap ponsel yang aku miliki, kok rasanya aku jarang sekali foto yang normal sedikit? Maksudku normal itu, well, setiap aku lihat folder foto orang-orang yang aku kenal dalam ponsel mereka, entah kenapa beda sekali dengan folder foto dalam ponsel sendiri. Kebanyakan dari mereka menggunakan kamera ponsel mereka itu pasti untuk selfie. Itu yang paling sering dilakukan. Lalu, foto bersama orang lain, yang rata-rata orang terdekat mereka. Umumnya, yang aku lihat, mereka baru menggunakan aplikasi kamera mereka jika tengah berada dalam suatu acara yang banyak orangnya. Yah, semacam berada dalam suatu komunitas begitu. Paham, kan, maksudku? Seringnya begitu yang aku lihat.
Haha. Itu sesuatu yang jarang sekali terjadi dalam tiap ponselku, mulai dari Sony Ericsson, Nokia Lumia, hingga Samsung. Bertemu dengan seseorang, hang-out, atau dalam komunitas, ya aku memang sering lakukan. Masalahnya, saat kejadian, entah kenapa malu begitu untuk mengambil gambar. Jangankan mengambil gambar seseorang yang tengah bersamaku, foto selfie pada saat kejadian pun aku luar biasa malunya. Hmmm, dibilang malu, tidak juga sih. Hanya saja, yah itu dia, seperti berat sekali melakukannya. Seperti tengah angkat barang berat saja. Padahal, beberapa temanku malah terlihat mudah sekali melakukannya.
Aku bareng Mas Pondi di Mal Metropolitan, Bekasi, saat Februari kemarin. |
Well, itulah salah satu alasan kenapa aku menuliskan ini: Sometimes We Just Enjoy the Moment without a Camera. Aku seperti tengah mencari-cari alasan. Padahal, itu yang kurasakan saat tengah berada dalam suatu momen, yang apalagi di dalam momen tersebut, banyak orangnya. Rasanya itu, pada saat kejadian, berat sekali untuk mengambil gambar, bahkan untuk sekadar selfie. Padahal jika tengah sendirian, wah sudah pasti aku selfie terus menerus. Lol. Then, setelah kejadian, baru aku tepuk jidat sambil berkata, "Kenapa tadi nggak kepikiran ambil gambar ya? Minimal selfie atau foto makanannya. Kan, lumayan buat dokumentasi."
Gengsi, iya.
Malu, iya.
Enggan, iya.
Takut, iya.
Ingin lebih menikmati suasana, iya juga.
Itulah sejumlah perasaan yang (mungkin) kurasakan saat ingin seperti lainnya, yang sepertinya mudah saja mengambil gambar.
Haha. Seperti sedang tengah melakukan pembenaran diri, padahal itulah aku. Apa ini kelemahan? Atau, apa ini kelebihan? Entahlah. Yang jelas, yang kurasakan, apa karena ini begitu sedikitnya orang yang bisa memahami aku? Sebab, yang kuamati, kebanyakan orang yang tak malu berfoto di keramaian, entah selfie maupun foto bareng orang, mereka tipe orang yang supel dan easy-going (yang mungkin juga tipe orang yang pandai dalam hal berbicara atau berkomunikasi).
PS: Segala foto yang ada, hanya yang diambil di tahun 2018 saja. Well, baru akhir-akhir ini saja, aku mengubah kebiasaanku dalam memperlakukan kamera ponsel. Tiap melihat isi dari folder kameraku, rasanya something saja. Mulai ada foto yang bernyawanya. Haha. Beda dengan yang dulu-dulu.
Dep sedep isi fotonya.... sebuah foto akan tampak lebih hidup apabila subjeknya ada humannya...
ReplyDeleteYa kurang lebih seperti itulah. Baru sadar, saat aku tengah mengubah kebiasaanku dalam memperlakukan kamera ponsel.
Delete