Kategori: Novel
Genre: Fiksi
Penulis: Ahmad Fuadi
Buku ini merupakan kelanjutan dari Negeri 5 Menara. Kalau Negeri 5 Menara merupakan kisah hidupnya Alif selama menempuh pendidikan di pesantren, maka Ranah 3 Warna menceritakan kehidupannya Alif sebagai seorang mahasiswa Hubungan Internasional.
Awalnya Alif Fikri dianggap remeh ketika akan mengikuti UMPTN agar bisa kuliah di kampus favoritnya, ITB. Ia dianggap remeh karena ia seorang lulusan pondok, ditambah lagi Pondok Madani tidak memberikan ijazah SMA. Sehingga mau tak mau, ia harus ikut ujian persamaan demi sebuah ijazah. Karena itulah, banyak temannya yang menyangsikannya bisa kuliah di ITB.
Namun, Alif tetap pantang menyerah. Ia semakin gigih belajar. Dengan sedikit realistis dan tetap menjaga asanya tersebut, Alif akhirnya bisa lulus ujian persamaan dan UMPTN. Ia bisa juga kuliah di Perguruan Tinggi Negeri, walau agak sedikit melenceng dari niat awalnya. Yah karena akhirnya dia berkuliah di Universitas Padjajaran, kampus lain di Bandung selain ITB.
Di kampusnya itu nantinya Alif akan menemukan banyak cerita. Mulai dari pengalaman ospek yang menurutnya tak berguna, ketemu teman-teman pengganti Sahibul Menaranya, ayahnya meninggal, bekerja jadi salesman, bekerja sebagai guru privat, hingga akhirnya dia menemukan tujuan hidupnya: JADI PENULIS.
Lewat sebuah organisasi kampus di bidang pers, bakat menulisnya semakin terasah. Apalagi digembleng dengan kerasnya oleh seorang aktivis yang sering mengirimkan tulisan ke media. Semakin hari kualitas tulisannya semakin baik, oleh karena itulah ia semakin sering diminta membuat tulisan oleh media. Karena tulisannya pula, Alif akhirnya bisa memenuhi janjinya untuk bisa pergi ke benua Amerika.
Yup, karya-karyanya itu benar-benar diperhatikan oleh panitia penyelenggara program Home Stay. Ia pun menginjakkan kakinya di tanah Kanada bersama beberapa mahasiswa/i Indonesia lainnya, termasuk ada gadis pujaan hatinya, Raisa.
Di Kanada nanti, ia akan ditaruh di dalam sebuah keluarga Kanada dengan ditemani seorang Homologue (Pendamping) bernama Francois Pepin. Dan di dalam keluarga itulah, ia mendapatkan banyak pengalaman berharga. Salah satunya itu tentang zero crime rate.
Intinya, roda kehidupannya Alif Fikri berada di atas. Ia kini jauh lebih unggul daripada temannya Randai yang semasa SMA lebih unggul dari dia. Tulisannya beberapa kali masuk media, bisa ke luar negeri, bisa bekerja di stasiun TV yang ada di luar negeri, hingga bisa mewawancarai salah satu tokoh politik Kanada. Namun sehoki-hokinya Alif, hokinya tidak bisa menyentuh ranah asmara. Ia tidak beruntung dengan itu. Gadis pujaan hatinya itu akhirnya malah jatuh ke pelukan sahabat dekatnya, Randai.
Dan novel keduanya Ahmad Fuadi benar-benar bagus menginspirasi. Saking menginspirasinya, aku selesai membacanya dalam kurun waktu 4 sehari. Satunya-satunya novel yang habis kubaca kurang dari seminggu. Cerita di dalamnya benar-benar membuatku tak mau berhenti membacanya. Diksinya juga enak dibaca dan tak sekaku novelnya Andrea Hirata. Jadi.... nggak bosan deh bacanya. Hehehe.
Oh yah, novel ini gak sekedar novel biasa. Ini juga bisa dikategorikan sebagai buku motivasi. Kata per kata, kalimat per kalimat di dalamnya sungguh bisa menginspirasi kita, khususnya mantera 'Man shabara zhafira'. Siapa yang bersabar akan beruntung.
Akhir kata, selamat berburu dan membaca. Dalam skala lima, aku memberikan novel ini 5 bintang sekaligus.
Beberapa quote menarik dari buku ini:
Khairunnas anfauhum linnas. Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang memberi manfaat bagi orang lain
--> ada di halaman 65
Saafir tajid 'iwadan amman tufarikuhu
--> ada di halaman 60
Wah setuju dengan sarat motivasi.
ReplyDeleteTapi menurutku, ceritanya keliatan banget kalau itu cerita pengalaman dia sebenernya @_@
emang bener nih motivasi buat kita,smpah gue ngefans banget ama nih nvel
ReplyDeletePantang menyerah sang penulis dalam menimba ilmu, bener2 jempolll..
ReplyDeletesedih yang pas bagian cintanya gak kesampean...hehee
@ una: hahaha... emang dari awal kan dia udah bilang kalo terinspirasi dari pengalaman hidupnya.... :)
ReplyDeletesah-sah aja dong.
kayanya bagus ya, cuma entah kenapa masih belum tertarik buat membacanya...
ReplyDeletebaru mbaca yg 5 menara doang, jadi pengin baca yg ini euy
ReplyDelete