Kalo ada yg bikin status duka cita, ya jangan di "like" atuh. Kesannya kita bahagia banget orang itu meninggal. Kalo mau nunjuin bela sungkawa, ya mending lewat komen aja kan bisa. - Sukro, 21 tahun, blogger
Facebook. Siapa yang tak kenal facebook. kayaknya hampir semua kalangan kenal yang namanya facebook. Anak SD, ibu-ibu, hingga nenek-nenek pun kenal facebook. Bisa dibilang juga kalau facebook merupakan situs jejaring sosial paling disukai.
Nah, dari facebook itu, hal apa yang begitu identik dengannya?
Hmmm.... Pada saat kalian log in halaman facebook kalian, pastilah yang pertama kali tampil di layar kalian mungkin seperti gambar berikut ini.
Lebih spesifik lagi, kalau kalian lihat baik-baik, kalian akan menemukan ini.
Yah, ini adalah sebuah kolom yang biasanya sih orang sebut status.Dulu sih jauh sebelum facebook masih di bawah friendster ketenarannya, ada tulisan berisi 'What do you thinking about?' di atas kolom tersebut (Kalo salah, kasih tahu yeee!). Hmm, kadang aku juga heran yah. Kenapa juga kotak kecil itu disebutnya S-T-A-T-U-S?
Padahal kalau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, status ialah keadaan atau kedudukan (orang, badan, dsb) hubungannya dengan masyarakat di sekelilingnya. Untuk lebih mengerti maksudnya, kuambil satu contoh berupa KTP. Nah di KTP kan biasanya status kita diisi menikah atau belum menikah. Atau kalau di realita, status bisa juga mengarah ke strata sosialnya. Contohnya, statusku itu di masyarakat sebagai pemuda tampan nan baik hati. #EdisiNarsis
Jadi seharusnya, kolom status itu harusnya sekali ditulis, yah nggak bisa diubah-ubah lagi. Juga harusnya dibatasi karakternya yang bisa ditulis. Coba aja kalian pikir, mana ada sih status sosial seseorang yang panjangnya 50-100 karakter. Huehehe. Makanya aku lebih setuju kalau ada seseorang yang nulis statusnya itu kayak gini:
- Aku sengsara
- Lagi banyak duit nih
- Pusing karna ujian
Kenyataannya, setahuku, kolom tersebut bisa ditulis sebanyak-banyaknya. Lewat kolom yang kecil itulah, orang bebas mau nulis apa aja. Setahuku sih, orang nggak dipaksa kan yah nulisnya. Nggak dipaksa harus nulis pake bahasa Inggris, nggak dipaksa harus nulis suatu informasi. Ataupun nggak dipaksa harus nulis berapa karakter, seperti situs jejaring berlogo burung itu.
Pokoknya semuanya bebas mau nulis apapun. Mau galau boleh, mau cerita
Biasanya juga, kolom status ini juga dilengkapi dengan fitur komentar dan juga like yang biasanya berupa jempol, kalau kalian sudah klik tulisan like-nya. Biasanya tiap kalian sudah nulis status jadi-jadian kalian itu, maka akan muncul kolom baru yang biasanya bertuliskan 'write a comment'. Nah lewat kolom yang satu inilah, teman-teman facebook kalian bisa mengomentari status kalian. Bahkan termasuk kalian juga. Sama kayak kolom status, kolom komentarnya pun bisa ditulis dengan sebanyak-banyaknya karakter.
Hmm, kubilang sih makin absurd saja. Kebayang nggak, kalo misalnya status kalian di KTP dikomentari orang lain? Bisa makin panjang tuh KTP-nya. Huehehehe.
Selain kotak komentar, juga ada like. Bila kalian klik tulisan like-nya, maka akan ada jempol
Ngomong-ngomong soal like, atau khususnya jempol, aku merasa ada yang aneh. Soalnya makin lama para penggunanya itu makin edan dan nggak mengerti makna sesungguhnya dari like atau jempol itu. Apa aja statusnya pasti di-like, bahkan untuk status yang sifatnya duka cita.
Pernah kulihat status temanku yang baru saja ditinggal pergi kerabatnya. Dia nulis kegelisahannya itu di kolom status facebook-nya. Setelah dia nulis kayak gitu, teman-temannya banyak yang nge-like. Wuedan. Orang meninggal kok malah suka? Wah berarti yang nge-like tuh kepengen orang tersebut meninggal. Padahal, setahuku, orang yang ngasih jempol itu biasanya pertanda orang itu suka atau kagum dengan sesuatu atau seseorang. Namun sepertinya jaman sudah berubah. Acungan jempol pun bisa digunakan pada saat berduka.
Wah kapan-kapan kalau lagi menghadiri upacara pemakaman seseorang, kuacungi jempol aaah di dekat peti matinya?! Kira-kira apa yang terjadi yah?
Mas, silakan anda keluar dari upacara pemakaman ini! |
Selain yang bersifat duka cita, aku juga merasa aneh kalau ada status seseorang yang berupa pertanyaan dan di-like. Contohnya itu, 'Kenapa avatar komentar di blogku cuma lima doang yang muncul?'
Aneh kan kalo ada yang ngacungin jempol?
Gimana coba misalnya kalo kalian lagi nanya alamat sama seseorang, trus malah diacungi jempol? Bete kan? Kesel kan? Orang mana sih yang suka diacungi jempol kalo lagi nanya. Orang gila iya. Huehehehe. Rasanya tuh pengen nabok, kalau ada orang kayak gitu.
DAFUQ!!! |
Hmmm, jadi kesimpulan dari tulisan yang nggak jelas arah topiknya ini ialah:
Pergunakanlah secara bijak setiap fitur yang anda di dalam halaman facebook anda, khususnya jempol virtual anda. Perhatikanlah baik-baik status mana yang memang layak diacungi jempol. Bantulah juga teman-teman virtual anda saat mereka sedang menanyakan sesuatu. Karena masa depan mereka ada di tangan kalian. #Halah
Akhir kata, saya Immanuel Lubis pamit. Selamat siang dan Happy Monday. ^^
PS: Sumber gambar adalah hasil dokumentasi empunya blog dan hasil nyolong dari mbah google.
proooo banget dah bang nuel, emang gitu sih.
ReplyDeleteentah dari kata mana juga status bisa jadi sehari hari perjam perwaktu malah.
eh itu facebook si aje yah :p
aye tipe orang yang jarang kasih jempol, kecuali kalo lagi males komen :p
ReplyDeletegue sih klo ngelike gak ngasal..
ReplyDeletemisal'a nih ada tautan, gue nglike'a kalo udh baca...klo gk baca gk gue like..
aku ngelike tulisan ini ah XD
ReplyDeletebetul juga tuh, adayang menulis kesedihan tapi di LIKE
ReplyDeleteYang asal like itu biasanya ABG ababil bro hahaha
ReplyDeletesetuju, bang!
ReplyDeletekesannya kita seneng liat orang lain menderita (klo ngelike statusnya)
amat sangat menyebalkan!
Menurut gua tuh jempol di sini bukan menunjukkan bahwa kita "suka" pada sesuatu, melainkan seperti berkata "Im paying attention"
ReplyDeleteaslinya aku g hobi ngelike ^^
ReplyDeletepro bang nuel deh :D
Betul juga kawan. Kadang mereka tidak sadar dengan apa yang di perbuatnya sendiri. Masak lagi bersedih di "like". tapi kadang saya balik menyalahkan yg buat setatus, kenapa juga dia membuat status sedih atau berita duka di umum kan di FB. Akhirnya saya kembalikan ke diri masing-masing. Yang penting tidak mengganggu orang lain saja.
ReplyDeletedi fbku kotak status masih ada tulisan "apa yang anda pikirkan"
ReplyDeletewaduh bahas jempol ya ?aku jarang ngelike coz buka fb cuma buat chat doang ahaha
ReplyDeleteemang banyak yang cacad facebooker sekarang :))
ReplyDeletebuahahaha..
ReplyDeletestatus si teguh...
menurutku jempol udah bukan tanda suka lagi di FB. bisa tanda setuju, atau sekedar tanda "gue udah baca status lo" hahaha
Kalo Jempol menurut gua, adalah tanda menyukai statusnya, karna mungkin bagus dan emang bener2 apa yang di Rasanya. tapi kebanyakan udah ga gitu, sekarang jamannya jempolers. sekelompok orang yang suka nyuruh2 like status, sekali pun status itu ga jelas.
ReplyDeletesuka heran dengan jempolers yg mengelike status duka cita. Apalagi yang mengemis-ngemis like status di kotak chat
ReplyDeletehahaa bener, saya pernah liat ada teman FB yan nulis 'galau segalau galaunya', eh dibawah yang like 3 orang. kurang tega apalagi tuh ?
ReplyDeleteHahaha,, Tapi jadi menarik juga sih kalo baca2 status orang.. Kadang suka mengundang tawa.. :D
ReplyDeletepas kemaren statusku "how do i live without the once i love"
ReplyDeletemas nuel malah ngira lg apa hayow kemarin...??
:P
betul itu nuel :D
ReplyDeletekalo aku sih termasuk selektif pilih2 kalau kasih jempol ke status
ceitanya keliling2 aja noel... hehehe
ReplyDeleteIya.. dari awal aku juga heran mengapa mereka bilang : "waktunya nyetatus di FB nih". Sebenarnya siapa sih yg pertama kali menyebut tulisan itu "status".
ReplyDeleteKayaknya yg lebih tepat bukan status deh tapi... ocehan galau... hahaha #asalbanget (secara lebih banyak yg isi 'status'nya galau melulu)
Udah lama banget nggak tulis status di fb dengan curhatan duka. :p
ReplyDeleteDan, emang lucu, sih, kalo ada yang nge-like status duka seseorang. :/
dan lebih anehnya, ada yang bikin status sendiri eee dia sendiri yang ngelike bang.. :))
ReplyDelete