Bagi anak-anak era 90-an, pasti tak asing dengan sinetron "Keluarga Cemara". Sinetron ini cukup hits di era tersebut. Terlebih lagi jargon ini: "Harta yang paling berharga adalah keluarga". Tak bisa dipungkiri. Jargon tersebut memang benar. Tak ada harta yang paling berharga selain keluarga; lebih berharga dari logam mulia manapun. Meskipun demikian, kata mutiara tersebut sepertinya hanya sebuah kata mutiara yang cocok sebagai bahan pendidikan ke anak-anak.
Saat beranjak remaja, kebanyakan dari kita mulai menganggap remeh harta paling berharga di dunia itu. Kita sibuk dengan urusan sekolah dan urusan pergaulan. Apalagi semakin bertambah usia, kita semakin sering berkonflik dengan orangtua sendiri. Problem yang klise sebetulnya: perbedaan pola pikir. Karena terlahir di jaman yang berbeda, kita sering beranggapan orangtua itu makhluk terkolot sedunia. Tiap larangannya itu tak masuk akal. Aneh. Alih-alih mencoba berkompromi, hubungan kita malah semakin menjauh dengan orangtua sendiri. Begitu pun dengan para orangtua. Mungkin karena gengsi, mereka selalu enggan untuk coba melihat dari sudut pandang kita -sebagai anak. Alasan mereka: "Kita hidup lebih lama".
Mungkin itulah gunanya drama Jepang yang berjudul "Papa to Musume no Nanokakan" yang disutradarai Mahoko Takanari dan Ken Yoshida ini menyeruak ke permukaan. Drama ini juga bersumber dari novel berjudul sama yang ditulis oleh Takahisa Igarashi. Drama ini berusaha sebisa mungkin untuk menjembatani anak dan orangtua dengan cara yang bisa dibilang cukup jenius. Melalui pendekatan supranatural, sang sutradara berusaha menjelaskan bahwa faktor yang menyebabkan merenggangnya hubungan anak-orangtua adalah karena gengsi dan kepercayaan yang mulai luntur.
Drama yang hanya terdiri dari tujuh episode dan mulai tayang pada 1 Juli 2007 ini menceritakan mengenai Kyoichiro Kawahara (diperankan oleh Hiroshi Tachi), seorang karyawan kantoran di sebuah perusahaan kosmetik. Kyoichiro ini memiliki jabatan bagus di perusahaan tersebut. Sayangnya, hubungannya dengan sang anak semata wayang tak begitu bagus. Koume (Yui Aragaki) adalah seorang siswi SMA. Cantik, mandiri, egois, dan pintar. Saat masih kecil, hubungan Koume dengan ayahnya lumayan akrab. Namun saat menginjak remaja, semuanya berubah. Koume nyaris tak pernah berinteraksi dengan ayahnya sendiri. Tiap butuh sesuatu dari ayahnya, ia selalu meminta ibunya jadi perantara. Kyoichiro, sang ayah, jadi sedih. Ia gemas mengapa anaknya bisa jadi seperti ini. Tiap kali mencoba dekat, Koume selalu menjauh; atau setidaknya buang muka.
Hingga, pada suatu hari, timbul sebuah insiden. Itu bermula saat Kyoichiro bersama keluarganya mengunjungi rumah salah seorang kerabat karena ada suatu momen. Waktu hendak pulang, istrinya pulang sendiri. Kyoichiro jadi pulang ke rumah bersama Koume. Di perjalanan pulang, mereka dititipi sekeranjang buah pir. Di dalam kereta, Kyoichiro terpikirkan untuk melakukan pendekatan persuasif dengan putrinya. Ia menawari anaknya buah pir itu. Mungkin karena berada dalam kereta, Koume jadi agak sulit untuk menjauhi ayahnya. Mana jarak ke rumah mereka terbilang jauh. Maka ayah dan anak itu saling makan buah pir sembari mengobrol. Di tengah-tengah itulah, kereta yang mereka tumpangi mengalami musibah. Dan.... di sinilah insiden ini bermula.
Selepas siuman, keduanya menyadari satu hal. Jiwa mereka rupanya telah tertukar. Jiwa Kyoichiro berada di tubuh siswi SMA bernama Koume. Begitu pun sebaliknya. Akibat insiden konyol, mereka berdua sering mengalami banyak peristiwa yang bisa dibilang aneh bin bikin salah tingkah. Itu seperti saat Kyoichiro yang mau tak mau, harus menjadi centil dan berkencan dengan seorang siswa SMA - kakak kelas yang ditaksir anaknya. Koume pun begitu. Ia harus menjalani hari-hari sebagai karyawan kantoran dengan segudang permasalahan khas dunia bisnis.
Meskipun sudah sepakat untuk saling bertukar kehidupan, keduanya tak bisa percaya begitu saja. Seperti Koume yang tak percaya ayahnya bisa membantunya mendapatkan hati Kenta Osugi, kakak kelas yang disukainya. Cewek itu selalu beranggapan bahwa ayahnya selalu punya niat untuk bikin malu dirinya. Atau juga saat Kyoichiro yang tak percaya anaknya bisa menyelesaikan urusan di kantornya. Mereka berdua sungguh tak saling percaya. Tak heran hubungan mereka begitu renggangnya. Apalagi Koume yang memandang rendah ayahnya yang menurutnya berpenampilan tak menarik dan kolot.
Di samping tak saling percaya itu, mereka berdua juga saling belajar terhadap kehidupan baru, Sang ayah belajar bahwa kehidupan seorang gadis SMA itu tak mudah. Sang anak juga belajar bahwa kehidupan ayahnya juga tak segampang yang dikira. Koume belajar bahwa orang dewasa itu terlalu menganggap serius tanggung jawab; padahal saat masalahnya semakin besar, tanggung jawab itu dilempar begitu saja. Juga belajar bahwa yang namanya affair itu terjadi memang karena hal sepele. Karena kebodohannya itulah, ia jadi membuat ayahnya dicurigai setengah mati oleh ibunya.
Drama ini sungguh cocok ditonton oleh tiap remaja. Sungguh mengajarkan pada mereka, keluarga tetap harta paling penting. Kelak mereka akan menyadarinya setelah kehilangan. Akan lebih bagus lagi, jika drama ini bisa ditonton bareng orangtua. Banyak pesan tersirat yang bisa dipetik.
Secara sinematografi, mungkin tak terlalu istimewa. Khas drama-drama lainnya. Namun kita perlu mengacungkan jempol pada Hiroshi Tachi dan Yui Aragaki. Keduanya sukses memerankan tokoh Koume dan ayahnya. Hiroshi bisa memerankan Kyoichiro versi lama dan versi baru. Yui juga sama. Tidak tampak kekakuan. Selain itu, sutradaranya juga cukup lihai dalam menyampaikan pesannya. Ia membalutnya dalam komedi yang lumayan menggelitik, sekaligus membuat kita termenung sesaat. Apalagi sang sutradara juga berusaha sebaik mungkin agar film ini bisa diterima oleh dua pihak sekaligus - pihak ayah dan pihak anak. Terakhir, tata suaranya juga bisa dibilang lumayan. Pemilihan opening dan ending theme juga cukup layak. Itu seperti mewakili dua generasi. Satu penuh dengan keseriusan, satunya lagi dipenuhi oleh kesenangan hidup.
RATE: 100
Genre: Komedi
Sutradara: Mahoko Takanari dan Ken Yoshida
Jumlah episode: 7
Pemain: Hiroshi Tachi, Yui Aragaki, Shigeaki Kato, Yumi Aso, ....
* Gambar merupakan hasil capture
baca cerita ditulisan aja udah menarik banget apalagi pas nontonya hahaha
ReplyDeletetapi saya bisa nontonya dimana ya? --"
Gue sih nonton di gooddrama.net
DeleteNice review. Link downloadnya donk...
ReplyDeleteNggak tahu deh. Tapi kalau link streamingnya: http://www.gooddrama.net/japanese-drama/papa-to-musume-no-nanokakan-episode-7/2-2
DeleteMAUUUUKKKK :( mauk file nyaaa
ReplyDeleteAku nggak nemu download-annya... Ini nonton via streaming, kok. Hehehe
Deleteanjrit, ide ceritanya unik banget
ReplyDeleteWalau agak mirip film Amerika, Freaky Friday, drama ini memang punya cerita yang unik dan memorable, bro. :)
Deleteaku juga suka dulu nonton keluarga cemara
ReplyDeleteKayaknya sinetron yang itu memang selalu memorable yah untuk tiap orang? :P
DeleteDari jalan ceritanya kayaknya gak terlalu asing. Pernah juga nonton film Holiwud tapi lupa judulnya..
ReplyDeleteKalo gw bisa kasih saran, bagi penyuka drama keluarga model bginian, dulu di TV berbayar ada juga serial dgn tema anak perempuan dan ayah plus masalah sehari-hari. Judulnya Suburgatory.
Di Suburgatory, konfliknya lbh kompleks..
Yah emang agak mirip Freaky Friday. Bedanya, di Freaky Friday, itu antara ibu dan anak perempuannya. Dan konfliknya itu nggak seberat di drama ini. Hehehe.
DeleteNi cewek yang main jadi yang naksir Nagase di My Boss My Hero kan ya...
ReplyDeleteIya. Bener banget. Namanya Yui Aragaki... Aktris jempolan Jepang. Aktingnya lumayan jago, walau seringnya peran mellow. :D
Delete