Ada yang sudah menonton "Monster University" di sini? Pastinya sudah, dong. Kan filmnya rilis Juni 2013 kemarin. Belum setahun sih, tapi sebagian besar pembaca pasti sudah menontonnya. Tapi bagi yang belum menonton, aku akan menceritakan sedikit.
Jadi "Monster University" itu merupakan cerita pendahulu dari Monster Inc. Belum ada Boo di sini (Tahu kan Boo itu siapa? Itu lho anak manusia yang masuk dengan tidak sengaja ke dunia monster). Di "Monster University" itu diceritakan mengenai kisah hidup Mike Wazowsky secara personal. Diceritakan, gara-gara kejadian sejak kecil, si monster bermata satu itu jadi tertarik untuk masuk ke dalam Monster University, sekolah yang mendidik para monster untuk menjadi monster seram yang bakal dibutuhkan di Monster Incorporation.
source |
Mike ini sebetulnya punya sesuatu yang layak ditiru. Yaitu mentalnya tersebut. Ia punya nyali. Tidak kenal takut. Tapi sayangnya ia sepertinya ogah untuk berintrospeksi diri. Tak sadar bahwa ia memiliki kelemahan yang sulit ditutupi: dia kurang seram. Yah penampilannya memang tidak seseram monster-monster lainnya; bahkan jika dibandingkan dengan sahabatnya, James Sullivan.
Namun Mike ngotot. Ia terus berpendapat bahwa segala hal bisa dipelajari. Soal seram pun juga sama. Makanya ia begitu rajin belajar untuk menjadi monster yang seram, walaupun tidak punya rasa untuk menakuti di dalam dirinya. Mike pun semakin terbakar lagi saat dirinya direndahkan oleh seorang mentor di Monster University. Untuk membuktikan keseramannya, ia mengikuti sebuah kontes seram, dimana ia harus berpartisipasi dalam sebuah kelompok. Mike lalu tergabung ke dalam kelompok yang bisa dibilang underdog. Kebanyakan anggotanya - sama seperti dirinya - tidak seram. Namun karena hoki dan kerjasama kelompok, mereka bisa jadi pemenangnya. Di akhir lomba, Mike mulai menyadari sesuatu dalam dirinya. Terutama saat memaksa masuk ke dunia manusia. Di sanalah, ia sadar bahwa dirinya tidak seram. Walaupun demikian, Mike memiliki potensi untuk menjadi guru seram, yang setidaknya untuk sahabatnya, Sullivan.
Hmm, film ini lucu.Tapi film ini juga filosofis. Banyak pelajaran yang bisa kita petik di sini. Seperti segala hal itu mungkin terjadi; jadi jangan pernah anggap mustahil, sebelum mencoba. Atau: two heads are much better than one. Dengan bekerja sama, segalanya jadi lebih muda. Masih ada lagi: walau segalanya bisa dipelajari, tapi ada saatnya dimana kita tidak bisa bersaing atau melampaui mereka yang memang berbakat alami. Yah itulah yang dialami Mike. Walau soal takut-menakuti bisa dipelajari, Mike tetap tak bisa seperti Sullivan atau monster-monster lainnya, yang lebih seram. Menyamai mungkin bisa, tapi untuk melampau tetap tidak bisa. Secara penampilan, Mike tidak seram.
Anak Kampus
Apa yang terjadi di film kartun produksi Disney-Pixar itu sebetulnya cerminan dari dunia nyata. Kita beranggapan segala hal bisa dipelajari. Tapi kita lupa ada beberapa hal yang sulit dipelajari. Contohnya itu seperti sense, passion, atau yang sejenisnya. Kita bisa mempelajari teknik menulis, teknik fotografi, teknik menggambar, teknik desain, teknik melucu, teknik menyanyi, atau segala teknik lainnya. Secara teori, itu semua bisa dipelajari. Namun secara praktek, itu susah. Minimal kita bakal susah bersaing atau melampaui mereka yang memang berbakat atau punya sense di bidang itu. Semisal, kita memang bisa menguasai teknik menyanyi. Tapi kita bakal kesulitan untuk melampaui seseorang yang memang bersuara emas. Mana suara kita masuk kategori standar pula. Mau sampai ada hujan salju di Indonesia, bakal susah bersaing dengan yang berbakat alami.
Dokumentasi pribadi |
Nah itu dia yang terjadi pada buku "Anak Kampus: Catatan Perjuangan Mahasiswa Pas-Pasan". Buku yang bergenre personal literature itu ditulis oleh seorang blogger. Lumayan familiar, karena beberapa kali sering bertandang ke blog Mas Aditya Bayu. Sebetulnya bukunya bagus sih. Lumayan bermanfaat untuk mengetahui bagaimana kehidupan seorang mahasiswa. Apalagi jarang-jarang menemukan buku yang membahas soal dunia kampus secara lebih spesifik (Lebih spesifik lagi, mahasiswa perantauan yang nge-kos). Mulai dari soal mata kuliah, dosen, cinta, skripsi, hingga kegiatan kemahasiswaan, dan, semuanya dibahas di sana. Komplet dibahas di bukunya itu. Plus dilengkapi pula dengan ilustrasi-ilustrasi yang lumayan menghibur.
Namun, sayang sekali nih, agak terganggu dengan genre komedinya. Maaf untuk penulisnya, punchline-nya kurang nendang. Nggak lucu. Malah sewaktu membacanya, aku tidak seperti membaca tulisan yang Mas Adit-nya. Merasa jiwa yang ada di buku tersebut bukanlah jiwa Mas Aditya Bayu sendiri (Mana yang dibahas itu kehidupan pribadinya lagi). Ia seolah menjadi orang lain.
Sebelum bukunya betul-betul terbit, ia pernah bercerita di blognya bahwa untuk menulis buku tersebut, ia melakukan riset. Riset melalui sering baca buku-buku genre komedi ataupun menonton segala genre komedi. Alhasil, yah itu dia, blunder. Bukunya jadi seperti repetisi dari segala ciri komedi yang ia temui. Aku suka menemukan gaya beberapa penulis di dalam bukunya. Bahkan ciri komedi yang sering dilakukan, dilakukan pula olehnya. Jadi klise deh. Garing humornya. Hehehe. Sekali lagi maaf buat penulisnya.
Untung saja, itu buku pertama Mas Aditya Bayu yang diterbitkan secara major (Masih bisa dimaafkan deh). Ke depannya, untuk para penulis atau calon penulis lainnya, coba deh - kalau berencana menulis buku - jadi diri sendiri saja. Pahami juga sejauh mana kemampuan kalian dalam menulis suatu hal. Misalnya, kalau mau menulis sesuatu yang lucu, tidak usah lirik punya tetangga. Jadi diri sendiri saja. Coba deh gali sendiri potensi melucu kalian. Plus jangan juga mengulangi trik-trik melucu. Sebaiknya bahan humor itu jangan sering digunakan. Karena makin sering digunakan, jadi tidak lucu lagi. Berbeda halnya kalau kalian bikin cerita sedih (baca: elegi). Itu mah diulang beberapa kali, feel-nya tetap terjaga.
Akhir kata, "Anak Kampus: Catatan Perjuangan Mahasiswa Pas-Pasan" ini layak juga dibeli dan dibaca. Terlebih untuk kalian para remaja yang ingin mengetahui bagaimana kehidupan anak kampus itu. Sekedar pelepas penat, bukunya itu begitu direkomendasikan, di luar kelemahan soal humornya itu. Yuk, cus, cari bukunya di toko buku-toko buku terdekat! /(^^)/
RATE: 75
Judul: "Anak Kampus: Catatan Perjuangan Mahasiswa Pas-Pasan"
Penulis: Aditya Bayu
Tebal: viii + 246 halaman
Tahun: 2014
Penerbit: Checklist
Aku sudah nonton berulang-ulang nih di bisokop lanjut di DVD :) betul juga Noel aku kuliah tapi kalau gak belajar lagi sendiri diluar kadang banyak yang gak didapat dari kampus
ReplyDeleteKalau yang pertama, aku sering nonton...
DeleteWaaah.... terima kasih banyak atas review, kritik, dan sarannya, Mas! *salim :D
ReplyDeleteMudah-mudahan ke depannya saya bisa menulis lebih baik lagi, hehe... Amin!
Sama-sama. Maaf yah kritikannya, sebetulnya ini juga bisa note to self juga sih... Hahahaha.... :3
Deletebisa minta review nih kalau naskah saya sudah terbit :p
ReplyDeleteAmiiiin, diusahakan... ^^
Deleteihiw, riview lag ternyata. belum pernah nonton plus mbaca buku ituuuh. tertarik gak yah akunya~
ReplyDeleteLOL
DeleteUntuk sementaraa review dulu yah, belum ada yang harus diceritakan. Hehehe
Di awal kan ngomongin tentang sense ya, entah kenapa aku justru menangkap maksud sindirian kalo doi gak punya sense of humor makanya garing dan gak cocok nulis buku humor hehehe
ReplyDeleteBut anyway, aku setuju dalam sesuatu hal yang kita lakukan, menjadi diri sendiri itu yang terbaik :D
Hahaha.. Masa sih? Demi apa? Serius? Hahaha.... Kelihatan yah emangnya? :P
Deleteternyata hanya aku yang belum nonton
ReplyDeleteHahaha.... Mungkin karena film kartun kali yah?
DeleteSaya selalu suka dengan ulasan atau review yang di buat sama "si abang Nuel" ini, selalu mengena dan punya SENSE. Ini yang yang buat beda semua tulisan-tulisanmu Nuel. Seperti tulisanmu diatas : semua bisa dipelajari tetapi soal sense dan bakat alami itu memang sulit ditandandingi! Dan itu kamu punya Nuel :)
ReplyDeleteTerimakasih. Semoga aku tidak jadi besar kepala dengan pujian ini... #WajahMemerah
DeleteAku udah nonton MU, tapi belom baca bukunya :D
ReplyDeleteAyo dibeli bukunya!!!!!!!! ^^
Delete"two head are much better than one..."
ReplyDeleteSounds familiar.....
hehehehehe X)))
Nice review, bang!
Waduh kritis benerrrr
Kritis yah memangnya? :P
ReplyDeletewessshh, mampir kemari tampilan blog lo gak berubah ya. Nostalgila :)
ReplyDeleteGue udah liat, dan tau gak mikir apaan pas filmnya kelar?
"Jadi percuma dong ilmu yang didapet di universitas, sekian lama belajar musnah sudah. Why? Karena di prekuelnya (which is film pertama) yang bikin energi terkumpul lebih banyak kan ketawa anak-anak, bukan jeritan."
Well, just saying :))
Hahaha... Iya benar banget. Tapi gitulah hidup. Harus berani ambil resiko, walau kelak bakal sia-sia.
Deleteseru banget itu filmnya, aku suka :) tapi aku belum baca novelnya mas adit. hebat nih nuel bisa review buku, hihihi. ditunggu nih buku buatan nuel juga ;)
ReplyDeleteAmiiiin doanya.... Semoga bisa segera terbit, Mbak... ^^
Deletebener, bakat gak bisa dilampaui oleh siapa pun. Untuk bukunya gw blm baca nih, jadi belum bisa nilai humornya. Menurut gw, sisi humor lucu gaknya relatif sih. Btw, itu penerbit apaan yak? checklist? tapi kok gw gak nemu ya,,,
ReplyDeleteHahaha.. Iya sih, humor itu relatif lucunya. Mungkin bagi gue gak lucu, karena terlalu sering baca yang berbau komedi. Jadi merasa familiar dengan punchline2 yang ada. LOL.
DeleteBtw, checklist itu penerbit baru. Kalau mau kirim naskah ke sana, beli dulu bukunya. Hehehe. :P
saya belum nonton filmnya.....
ReplyDeletesaya ketinggalan rupanya...
Nggak apa-apa.. Aku juga baru sekarang nonton filmnya. Hehehe
Deletefilmnya udah liat, buku novel nya belum hehehee
ReplyDeleteMasih belum kesampean nonton prekuel MU ini.
ReplyDeleteAh ngebahas tentang college nih. Cuma bisa ah aja.
oh ternyata review buku toh hahaa
ReplyDeletemenulis itu susah nuel
ReplyDeleteapalagi komedi :D
susah ngepasin, cz ada yang selera komedinya emang ga biasa aja
kadang keliatan jayuz, tapi lucu banget buat dia
aku pernah menemui orang yang seperti ini :D