Aku bingung,
terkadang timbul suatu pertanyaan:
Mengapa harus ada perpisahan yang mengiringi perjumpaan?
Aku tahu aku salah
Aku ini seorang yang tolol
Mengapa begitu susah menyatakan perasaan?
Aku ini seorang masokis
Terus memendam rasa tanpa berani diutarakan
hingga kamu akhirnya pergi
tak tahu kemana dan kapan akan berjumpa
Ah, andai saja waktu bisa terulang.
Mungkin segala cerita akan berbeda
Ah, kurasa sama saja
Aku ini kan seorang pengecut
Seorang pria yang selalu bersembunyi
Mengagumi dari jauh
Tersenyum dari bayang-bayang
Mungkin lebih baik menggunakan telepati
Dengan bibir terkatup, tak ada rasa tertinggal
Itu mungkin jauh lebih baik
Hey, kamu
Kapan kamu dan aku berjumpa lagi?
Mungkin aku sudah berani
Berani mengatakan segalanya
Mengapa harus ada perpisahan yang mengiringi perjumpaan?
Aku tahu aku salah
Aku ini seorang yang tolol
Mengapa begitu susah menyatakan perasaan?
Aku ini seorang masokis
Terus memendam rasa tanpa berani diutarakan
hingga kamu akhirnya pergi
tak tahu kemana dan kapan akan berjumpa
Ah, andai saja waktu bisa terulang.
Mungkin segala cerita akan berbeda
Ah, kurasa sama saja
Aku ini kan seorang pengecut
Seorang pria yang selalu bersembunyi
Mengagumi dari jauh
Tersenyum dari bayang-bayang
Mungkin lebih baik menggunakan telepati
Dengan bibir terkatup, tak ada rasa tertinggal
Itu mungkin jauh lebih baik
Hey, kamu
Kapan kamu dan aku berjumpa lagi?
Mungkin aku sudah berani
Berani mengatakan segalanya
Jika ada sebuah pohon tumbang di tengah hutan belantara dan tidak ada seorangpun yg mengetahuinya, apakah pohon itu tetap tumbang? Tidak. Sesuatu itu exist jika ada seseorang yg mengakuinya. Begitu pula dengan cinta. Cinta bukanlah cinta sebelum dipersembahkan. Jadi jangan bilang cinta, kalo lu ga berani mengungkapkannya =)
ReplyDeleteHahaha... Ok thank a lot sarannya. Lagi mencoba untuk berubah juga. Kalau ada cinta yang baru, bakal coba gue ungkapin. Hehehe
DeleteCieeee.. Semangat, Nuel! :D
ReplyDeleteinformasi yang anda berikan memang bermanfaat sekali gan
ReplyDelete