Aku seorang musafir. Masih tetap seorang musafir.
Suatu kali, aku mengunjungi sebuah desa. Di desa itu, aku berjumpa dengan seorang nenek dan cucunya, seorang perempuan yang manis--juga cerdas. Saking cerdasnya, pernah aku berdebat lalu tertohok dengan kata-katanya. Waktu itu, kami sedang memperbincangkan kisah Filipus yang berjumpa dengan sida-sida dari Etiopia. Si perempuan bilang, "Kok caranya nabi itu menyampaikan tentang orang itu harus dengan perumpamaan? Kenapa dia tidak langsung menyampaikan nubuatan (baca: ramalan) itu langsung? Yah seperti bilang saja bakal ada juruselamat atau mesias yang akan datang. Begitu lebih gampang. Bagiku, itu sebuah dongeng sebelum tidur saja."
Aku tertohok. Bingung juga harus menjawabnya dengan apa. Sebelum akhirnya, lama terdiam dalam hening, aku memberikan jawab. Begini.
"Cara menyampaikan nubuatan memang harus seperti itu, Dik. Kalau langsung, ada kalanya yang menerima itu bisa menyangkal, bisa juga jadi pongah--lalu jadi seorang pemalas. Siapa juga yang tidak seperti itu kalau sudah diramalkan bakal kaya raya dan punya permaisuri yang cantik jelita. Jalan itu jauh lebih baik. Dan, bukankah kalau disampaikan dengan jalan seperti itu, banyak yang akan terus mengingatnya hingga terwujud--bahkan beratus tahun setelah terwujud? Seperti ramalan Jayabaya atau Nostradamus misalnya. Nabi-nabi itu pun dikenal karena tulisan-tulisan nubuatan mereka yang seperti dongeng sebelum tidur, kan? Kalau disampaikan secara langsung, mungkin akan terlupakan. Orang cenderung melupakan yang denotasi daripada yang konotasi. Juga, dengan dibalut dalam kemasan seperti itu, bukankah itu jauh lebih melindungi si pembuat nubuatan? Apa jadinya kalau si pembuat nubuatan menuliskan secara blak-blakan kalau seorang pemimpin negara akan dipenggal seminggu kemudian? Atau tentang negara yang didiaminya itu bakal mengalami krisis moneter? Tentunya dia akan dimusuhi atau malah direncanakan untuk dibunuh. Kalau terwujud pun, kasihan si pembuat nubuatan yang akan kebanjiran tekanan akibat banyaknya orderan minta diramal."
Ganti dia yang tertohok.