Kenal & Mengenal

Jika kita di atas, banyak yang suka mengaku-ngaku berteman dengan kita. Hanya karena mereka pernah sekali berhubungan dengan kita, lantas bisa sesukanya mengaku kenal dekat dengan kita. Padahal yang kenal dekat saja dengan kita itu biasanya cenderung bersikap biasa. Mereka seringkali malah tidak ingin ketahuan bahwa mereka memang benar-benar mengenal kita, khususnya mengenal secara emosional. 

Mungkin ini kali, yah, bedanya kenal dan mengenal, seperti kata salah seorang teman kuliahku dulu. Kalau 'kenal', yah tahu hanya sebatas informasi-informasi penting seputar nama, alamat, nomor telepon, alamat surat elektronik, hingga kebiasaan-kebiasaan umum kita. Sementara, kalau 'mengenal', Seseorang biasanya seperti tahu segalanya mengenai kita. Ada informasi-informasi tentang kita yang kebanyakan orang tidak ketahui, namun si Seseorang itu malah mengetahuinya. Selebar-lebarnya kita menyebarkan informasi pribadi tentang kita, pasti ada beberapa informasi yang hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahuinya. Begitu pun sebaliknya. Sesempit-sempitnya kita menyembunyikan informasi pribadi tentang kita, biasanya hanya orang-orang tertentu saja yang tahu betul kenapa kita seperti itu. 

Lalu, saat kita berada di bawah, hanya orang-orang tertentu saja yang benar-benar berada di pihak kita. Mereka benar-benar ada untuk kita. Saat kita tengah dihujat, mereka memilih untuk tidak ikut-ikutan. Saat kita dalam permainan bullying, mereka selalu mencoba untuk menentramkan jiwa dan pikiran kita. 

Well, thank for R, one of my campus friend for weeks ago. Dulu, aku sempat salah sangka mengenai agamanya. Berhubung R orangnya selow, dia hanya cengar-cengir saja seperti kebiasaannya di kelas. Haha. 

By the way, status social media R tersebut sungguh mengingatkanku dengan nasehat serupa dari seorang dosen Legal Drafting dahulu. Walau samar-samar, seingatku, di tengah mengajar mengenai pembuatan akta hukum, beliau sempat berbagi ilmu padaku tentang 'kenal dan mengenal' tersebut.