Pandemiknya makin parah, yah? Aku dengar korbannya terus bertambah. Tetap di rumah saja, yah. Selama di rumah, aku menyarankan kalian untuk rutin berdoa. Daripada melakukan hal-hal un-faedah seperti netflix-an, tiktok-an, atau mengghibahkan seseorang lewat Insta Story, mari gunakan waktu terbaik kalian untuk merenung dan datang sendiri ke Tuhan YME. Yang biasanya jarang baca kitab suci atau doa, inilah kesempatan kalian untuk menghadap kepada Sang Khalik. Doakan yang terbaik untuk masyarakat, bangsa, negara, dan dunia. Doakan agar pandemik Corona ini segera berakhir.
Oh iya, doa di atas tersebut merupakan doa kepada Santa Corona. Lucu, yah? Mirip begitu dengan nama penyakit yang awal kemunculannya dari kota Wuhan. Jujur, pengetahuan agamaku belum begitu luas. Namun, aku terus menerus mencari, mencari, dan mencari. Kalau soal doa itu sendiri, kurasa itu rada mirip dengan doa Novena Tiga Salam Maria yang aku sangat rasakan sekali manfaatnya.
Doa itu sendiri juga aku ketahui dari seorang teman bloger. Saat itu, di tahun 2012, aku tengah gelisah sendiri. Aku lagi ada masalah di kampus, dan beragam masalah hidup lainnya. Berkat blogging dan blogsphere, aku dipertemukan ke blog post ini: Kekuatan Doa. Si penulis itu menuliskannya atas dasar kesaksian iman pribadinya. Awalnya aku biasa saja menanggapinya. Namun, lambat laun aku mulai tergerak untuk mencoba doanya. Tak ada salahnya dicoba. Aku penasaran juga doa Novena Tiga Salam Maria itu seperti apa (apakah sama dengan Doa Santo Tadeus yang kulihat saat berada di Goa Maria, Atmajaya tahun 2009). Aku googling, dan ku-print out. Selepas dari warnet, aku perlahan coba untuk membaca doa tersebut sesuai tuntunan yang ada. Well, dia betul sih. Memang tak langsung instan. Doa itu butuh proses. Jika dengan yakin didoakan, ada keajaiban yang tak disangka-sangka. Perlahan-lahan aku merasa... berkali-kali seperti dibukakan jalan. Ada saja yang Tuhan berikan melalui orang-orang yang sudah didekatkan kepadaku. Mereka tertarik oleh daya tarik doa yang rutin aku doakan dan kuimani. Dari beberapa pengalaman aneh bin ajaib tersebut, kutuangkan ke dalam satu bentuk cerpen: Novena.
Aku menuliskan ini sebagai kesaksian pribadi saja. Tak ada niat yang aneh-aneh. Aku hanya bilang, di saat seperti ini, alangkah baiknya jika berdoa (yang walau tak langsung terkabul, sepengetahuanku ada penelitian yang berkata bahwa doa juga bisa menenteramkan dan menenangkan batin dan pikiran yang kalut). Terserah kalian mau berdoa dengan cara seperti apa dan bagaimana. Doa saja dulu, rutinkan, dan imani. Pengalaman di atas hanya bagian dari kesaksian pribadi aku (juga karena sudah diamanatkan, jika tersebar, bagikan khasiat doa Novena-nya). Aku hanya mau bilang, sesulit apapun masalah kalian, ingatlah Tuhan selalu. Ambil waktu pribadi kalian, bertelutlah, tundukkan kepala, dan panjatkanlah doa kalian. Katakan apa saja uneg-uneg kalian kepada-NYA. Tuhan itu pencipta kalian--yang berstatus ayah juga. Sebagai seorang ayah, tentunya ingin anaknya bilang sendiri apa saja kesulitan hidupnya. Begitulah.
Sekali lagi, ini hanya kesaksian iman pribadi aku. Tak ada maksud ke arah sana (karena aku mulai bisa menebaknya). Dan, untuk menghindarkan diri dari kejadian-kejadian tak menyenangkan, kotak komentar aku tutup.
Marilah kita berdoa agar pandemik Covid-19 ini segera berakhir!