Hei-Ho, aloha, yah-gaes-yah. Sudah menonton cuplikan video di atas? Itu tentang dunia persepedaan. Aku cukup berterimakasih kepada author dari "Wind Breaker". Berkat Sang Author, aku makin mengenal mengenai sepeda. Tak hanya tentang sepeda, aku malah makin mengenal tentang Korea Selatan.
Ah, annyeong, oppa, eonni. Wuih, aku mendadak ingin menjelajahi kota Seoul, lalu mampir ke Namsan Tower (kenapa juga harus ke sana?). Oh iya, selain komik " Wind Breaker" tersebut, aku juga menyukai komik-komik lokal seperti "Ngopi Yuk", "Warung", "Smas'D", hingga "Dedes".
Nah, tentang "Dedes" inilah, ada beberapa hal yang kalian semua harus ketahui. Simak saja langsung, yah-gaes-yah.
Sapa yg udah baca webtoon Kerajaan Dedes ? |
Pandi--melalui Program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN)--mencoba menyebarluaskan pentingnya aksara nusantara sebagai bagian dari perkembangan sejarah bangsa. Sabtu lalu ada IG Live Bincang MIMDAN di akun instagram @merajut_indonesia yang bertemakan "Komik Digital: Cara Seru Baca Sejarah dan Budaya".
Bincang MIMDAN melalui siaran live Instagram dengan host Evi Sri Rezeki ini berlangsung seru. Aku sampai takjub, loh.
Bincang-bincang yang menghadirkan narasumber seorang kreator komik digital tersebut mampu memicu diskusi terkait komik sebagai cara seru belajar sejarah dan budaya Indonesia. Narasumber dalam Bincang MIMDAN #7 tersebut adalah Esti Siwi, seorang kreator di Webtoon.
Melalui komik yang tayang di Webtoon tersebut, pemilik akun egestigi itu menceritakan mengenai tentang Kerajaan Dedes. Jujur aku belum membaca tuntas komiknya tersebut. Akan tetapi, jujurly, well, aku bilang komiknya menarik, sih. Itulah opini dari seseorang yang lebih menyukai komik-komik daripada novel ini. Teh Esti ini jago sekali dalam mengangkat satu cerita fiktif yang coba mengenalkanku kepada sebuah sejarah dan budaya dari negeri yang luar biasa indah yang bernama Indonesia. Ah, lebih baik langsung kulik lebih dekat lagi lewat percakapan live Teh Esti dengan Teh Evi.
Oh iya, Teh Esti sebagai kreator komik yang berdomisili di Bandung, yang pada awal menceritakan latar belakang pembuatan serial Webtoon Dedes. Katanya, banyak sekali yang sudah dialami, yang salah satunya adalah proses kreatif dalam melahirkan Webtoon "Dedes" ini sendiri. Itu semua bermula dari ketertarikannya membaca dan membedah novelnya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul "Arok-Dedes", yang aku sempat mengintip novelnya. Novel keren itulah yang membuat Teh Esti penasaran dan membuat novel yang akhirnya meledak di dunia Webtoon.
Sedikit cerita tentang Teh Esti sendiri. Itu berawal dari masa sekolah yang memang suka menggambar secara manual. Berlanjut ia menjadi mahasiswi Desain Komunikasi Visual. Bermula dari sinilah, di saat Teh Esti tengah menjalani jurusan Animasi, ada mata kuliah Komik, yang mana mulai menarik hati Teh Esti untuk membuat komik sendiri. Yang pada awalnya tertarik untuk membuat komik fantasi fiksi tentang sejarah dan budaya yang didasari karena novelnya Pramoedya yang "Arok-Dedes", setelah dikulik semakin dalam tiap lembarnya, ah ternyata, itu membuat Teh Esti penasaran dan mencari tahu tentang sejarah dan budayanya Ken Arok dan Ken Dedes. Makanya, lahirlah "Dedes".
Lalu, Teh Esti mengikuti lomba Webtoon, namun belum beruntung. Hingga akhirnya, yah, usaha keras tidak akan pernah mengkhianati hasil, dimulailah debut author dari "Dedes" tersebut. Debut resminya sendiri membutuhkan satu tahun. Wah, sungguh perjalanan yang sangat panjang. Mulai dari membuat naskah, diedit editor, terus dirombak lagi karena ada beberapa fakta lagi yang muncul setelah membaca beberapa literatur, barulah di tahun 2022, "Dedes" terlahir. Oe-oe-oe. Buat yang penasaran dengan komiknya, baca: Dedes on Webtoon.
Prosesnya lama dan panjang sekali. Ada proses dan riset yang rumit tapi menyenangkan. Teh Esti harus belajar lagi tentang sejarah dan budaya Indonesia tentang jaman dahulu, mulai dari jurnal, buku sejarah hingga... wah, satu petualangan yang sangat luar biasa!
Pemilihan dan penulisan data yang menjadi sebuah serial komik di Webtoon ini memang dari beberapa potongan puzzle yang dicocokan, kemudian diambil kesimpulannya. Selain itu, Teh Esti harus mengadaptasi dengan baik masa abad 9 sehingga bisa diselaraskan dengan abad 21 ini.
Kata Teh Esti, ada proses adaptasi dari abad kedelapan. Itu seperti pakaian jaman dulu yang lebih sering bertelanjang dada. Sementara, di komiknya, diadaptasi agar terlihat cantik dan layak. Nanti di setiap episodenya, akan ada highlight tersendiri karena pengorbanan merupakan bagian dari perjuangan.
Sebenarnya tujuan utama dari membuat "Dedes" ini sendiri agar menularkan rasa penasaran untuk mencari-tahu tentang sejarah dan budaya dengan cara yang asyik, yang salah satunya dengan Webtoon. Makin penasaran dengan kisah aslinya, makin tergelitik pula untuk membaca dari berbagai literatur juga.
Webtoon "Dedes" sendiri merupakan fiksi fantasi. Tak harus diperdebatkan. Namanya juga fiksi, ambil datanya dari literatur, lalu diolah lagi. Selanjutnya, giliran kita yang pintar mengelola informasi yang disampaikan. Kita diharapkan bisa memilah-milah. Itu seperti Teh Esti yang memilih Dedes sebagai sudut pandangnya karena peran Dedes masih jarang diekspos. Padahal dalam catatan sejarah pengorbanan Ken Dedes sangat besar dalam perjuangan Ken Arok. Alasan lainnya itu karena melalui sudut pandang Dedes, kita bisa merasakan nilai positif tentang bagaimana ketahanan hidup seorang perempuan.
Sudah sejam bincang Instagram Live-nya tidak terasa. Sepertinya tidak cukup untuk membahas tentang proses pembuatan ceritanya. Semoga makin banyak cara asyik untuk belajar sejarah dan budaya biar anak muda tidak lupa akan sejarah dan budaya Indonesia.
Comments
Post a Comment
Pembaca yang baik adalah yang sudi mau meninggalkan komentar. ^_^
Nice reader is the one who will leave lot of words in the comment box. ^_^