Adi melakukan pre-order dengan full payment blender yang harganya sejuta. Barangnya sudah sampai, lalu dijual oleh dia lima ratus ribu saja. Sudah pasti, dong, banyak peminatnya. Yang berminat untuk menjual kembali juga pasti banyak. Adi lalu mengaku dirinya supplier besar biar kebanyakan orang tidak curiga kenapa Adi menjual blender itu terlalu murah.
Singkat cerita, terkumpul seratus orang customer. Total yang berhasil dikumpulkan Adi adalah lima ratus juta. Dari uang lima puluh juta, Adi membelikan dua puluh unit blender yang orisinal, yang mana harganya sejuta. Uang Adi habis hanya dua puluh juta. Adi berhasil meraih untung tiga puluh juta.
Kemudian Adi membuka jasa pre-order lagi. Satu unit mixer dengan harga asli dua juta, namun Adi menjual mixer tersebut dengan harga sejuta saja. Terjual dua ratus unit. Keuntungannya dua ratus juta.
Dari uang dua ratus juta, dia belikan delapan puluh unit blender, yang belum terbeli. Delapan puluh juta Adi keluarkan. Lalu, Adi membeli empat puluh unit mixer dengan harga asli dua juta. Adi menghabiskan total seratus enam puluh juta rupiah. Keuntungannya empat puluh juta.
Sampai di sini, sudah tujuh puluh juta dan baru dua kali pre-order. Customer-nya Adi baru sekitar tiga ratus orang. Itu juga sebagian customer repeat order, karena memang barang yang dijual asli dan Adi terkenal sangat beramanah.
Untuk pembelian mixer seratus enam puluh unit, Adi melangsungkan jasanya lagi: pre-order full payment. Penjualan tentu bertambah. Banyak reseller besar dengan beberapa orang yang kaki downline-nya banyak sekali.
Seterusnya, dia seperti itu. Sampai terbentur pintu pesawat, saking tingginya mendongak, Adi lupa menunduk. Adi lupa pepatah lama bahwa sepandai-pandainya tupai melompat, sekali waktu pasti akan jatuh juga. Ah, tiga puluh miliar itu sungguh membuai.
Bahasa sederhananya, dia menarik untung dari member baru untuk membayar member lama. Begitulah terus, hingga barulah orang itu hancur ketika tidak mendapatkan member baru.
Begitulah kira-kira cara kerja skema Ponzi, yang katanya sering dijalankan oleh beberapa bisnis multi-level marketing. Padahal tidak semua bisnis multi-level marketing menggunakan skema Ponzi. Masih banyak pelakunya yang bermain bersih tanpa menggunakan skema Ponzi. Salah satunya adalah aku dan rekan-rekan bisnis aku di bisnis multi-level ini.
Omong-omong, yang memiliki produk Tupperware rusak, khusus wilayah Jabodetabek, bisa hubungi Nuel Lubis.
Comments
Post a Comment
Pembaca yang baik adalah yang sudi mau meninggalkan komentar. ^_^
Nice reader is the one who will leave lot of words in the comment box. ^_^