Walau demikian, ada kalanya aku mengikuti tren yang ada. Seperti saat aku kelas 2 SMP. Aku ikut-ikutan adikku untuk membeli tamagochi. Aku juga pernah terbawa arus untuk ikut bermain roller blade di tahun 1995-1996.
Atau, pula, saat masih SD, aku terpengaruh teman-teman aku untuk ikut-ikutan permainan "Ledek-Ledekan Nama Orang Tua", seperti gambar di atas berikut ini. Kenapa mirip dengan apa yang aku alami?
Kuingat, saat itu, aku baru saja pulang dari sekolah. Kurang lebih sekitar lima belas menit, ada teman sekolah lewat, dan entah apa maksud dia meneriakkan nama Papi di depan rumah, yang kebetulan ada Almarhumah Mami duduk di teras rumah. Aku nyaris tergelak melihat kelakuan si teman.
Oh iya, kembali ke persoalan tren, aku lebih sering tidak mengikuti tren, sih. Aku serius. Jika masih bisa kuelakkan, yah, aku tidak akan menjerumuskan diri ke tren yang ada. Selama ini, aku sanggup untuk tidak mengikuti tren. Alah bisa, karena biasa.o
Omong-omong, kita lihat tren ini sampai kapan?
Comments
Post a Comment
Pembaca yang baik adalah yang sudi mau meninggalkan komentar. ^_^
Nice reader is the one who will leave lot of words in the comment box. ^_^